Zoom Dituntut atas Penipuan Kebijakan Privasi

Nirmala Aninda
Rabu, 8 April 2020 | 14:35 WIB
Aplikasi video conference yang kini banyak digunakan pada periode Work From Home (WFH)/ blog.zoom.us
Aplikasi video conference yang kini banyak digunakan pada periode Work From Home (WFH)/ blog.zoom.us
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Zoom Video Communications Inc. dituduh oleh pemegang saham menyembunyikan kekurangan dalam aplikasi konferensi video yang beberapa pekan terakhir makin populer di tengah masyarakat.

Dilansir melalui Bloomberg pada Rabu (8/4/2020), seorang investor, Michael Drieu, mengajukan gugatannya ke Pengadilan Federal San Francisco sebagai gugaatan kelompok (class action).

Perusahaan dan para pejabat tetinggi dituduh menyembunyikan kebenaran tentang kekurangan dalam enkripsi perangkat lunak aplikasi, termasuk dugaan kerentanannya terhadap peretas, serta pengungkapan informasi pribadi yang tidak sah kepada pihak ketiga termasuk Facebook Inc.

Drieu mengklaim serangkaian laporan publik tentang kekurangan aplikasi sejak tahun lalu telah merusak harga saham Zoom, meskipun saham masih naik 67persen tahun ini karena investor bertaruh bahwa perusahaan telekonferensi tersebut menjadi salah satu gainer di tengah pandemi virus corona SARS-CoV-2.

Mulai dari Elon Musk hingga Departemen Pendidikan Kota New York serta lembaga-lembaga di seluruh dunia telah mulai melarang penggunaan aplikasi Zoom selama kebijakan bekerja dari rumah berlangsung.

Pada Selasa (7/4/2020), Taiwan menjadi pemerintahan pertama yang mengumukan agar pejabat pemerintah tidak menggunakan aplikasi Zoom untuk berkomunikasi atas kekhawatiran keamanan siber.

CEO Zoom Eric Yuan telah menyatakan permintaan maaf atas kelalaian tersebut dan mengakui, melalui sebuah unggahan blog pekan lalu, bahwa perusahaan telah gagal memenuhi kebutuhan privasi dan keamanan penggunanya.

Para peneliti keamanan siber telah memperingatkan bahwa celah keamanan dalam perangkat lunak aplikasi Zoom dapat memungkinkan peretas untuk masuk dan menguping pertemuan atau bahkan membajak gawai yang terhubung untuk mengakses file penting.

Teknologi enkripsi yang lemah telah memunculkan fenomena "Zoombombing". Rekaman pertemuan juga muncul di sejumlah server internet publik.

"Zoom bekerja untuk menambahkan enkripsi ujung ke ujung [end-to-end], tetapi itu baru akan efektif beberapa bulan lagi," kata Yuan.

Menurut perusahaan, jumlah peserta rapat virtual harian di seluruh layanan premium dan gratis Zoom telah meningkat dari sekitar 10 juta pada akhir tahun lalu menjadi 200 juta saat ini. Sebagian besar pengguna memanfaatkan layanan gratisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper