Adopsi Platform di Indonesia Perlu Diakselerasi

Rahmad Fauzan
Rabu, 11 Maret 2020 | 18:31 WIB
SAP dan Internet of Things (IoT)/Istimewa
SAP dan Internet of Things (IoT)/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat adopsi teknologi platform oleh perusahaan-perusahaan nondigital native dinilai perlu diakselerasi lantaran masih jauh dari maksimal.

Menurut laporan McKinsey & Company tahun 2019, baru 3 persen dari perusahaan nondigital native global yang mampu mengadopsi platform secara optimal. Padahal, lebih dari 30 persen aktivitas ekonomi global atau setara dengan US$60 triliun diperkirakan bakal dimediasi oleh platform hingga 2025.

Senior Director for SEATH of Aruba Justian Chiah mengatakan di Indonesia, salah satu hal yang memperlambat pengoptimalan teknologi platform adalah kekhawatiran terhadap keamanan.

Menurtnya, sebanyak 80 persen perusahaan berbasis teknologi informasi menemukan perangkat Internet of Things (IoT) yang tidak pernah dipasang alat platform keamanan.

"Padahal, perangkat IoT dapat diretas dalam waktu 3 menit dan pelanggaran dapat memakan waktu hingga 6 bulan untuk ditemukan," ujar Justian dalam acara bertajuk CTI IT Infrastructure Summit 2020 di The Tribata Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Dia melanjutkan, jaringan lama yang diadopsi perusahaan nondigital native, tidak dapat mengimbangi transformasi digital yang sedang berlangsung. Pasalnya, manual kompleks serta segmentasi perangkat demi perangkat dinilai memperlambat penambahan, gerakan, dan perubahan. 

Selain itu, access control list (ACL) dikatakan menjadi tidak terkelola ataupun tidak ada sama sekali sehingga memperburuk risiko keamanan.

Beberapa tantangan lain adalah manajemen pengalihan platform, Wi-Fi, IoT, dan WAN yang terfragmentasi; peralatan yang dimiliki menciptakan kompleksitas dan menghambat kelincahan, sehingga waktu untuk remediasi atau proses pemulihan menjadi berkepanjangan dan berdampak pada service level agreement (SLA).

Director CTI Group Rachmat Gunawan saat ini masih banyak perusahaan nondigital native di Indonesia yang mengeluarkan anggaran kecil untuk keperluan keamanan. Hal tersebut, jelasnya, memudahkan para hacker dalam melakukan serangan.

"Terlebih para hacker kian canggih. Oleh karena itu, pelaku bisnis diharapkan bisa selalu memperbarui teknologi keamanan yang digunakan perusahaan," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (11/3/2020).

Dia mengatakan, salah satu solusi bagi perusahaan-perusahaan nondigital native Tanah Air adalah berlangganan layanan kemanan teknologi dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan membeli teknologi keamanan.

Konsep berlangganan seperti itu, lanjut Rachmat, belum disadari oleh para pelaku bisnis di Indonesia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper