Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan terhadap layanan video berbasis permintaan (VoD) diperkirakan terus melonjak pada tahun ini.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi memproyeksikan pertumbuhan bisnis VoD di Indonesia akan tumbuh sekitar 20 persen di atas rata-rata. Lonjakan tersebut akan berdampak pada peningkatan lalu lintas data, karena makin banyak masyarakat yang mengonsumsi video.
Sekadar catatan, berdasarkan laporan statista 2019 menyebutkan bahwa bisnis Video On Demand (VoD) di Indonesia diperkirakan mencapai US$290 juta pada 2020 dengan potensi lonjakan pengguna sebesar 16,2 persen dibandingkan dengan 2019 pada kisaran usia 25 - 34 tahun. Sedangkan penetrasi pengguna layanan VOD akan mencapai 20 persen mulai 2024.
“Hanya saja tantangannya adalah jaringan akses telekomunikasi. Kemudian adopsi 5G, yang akan membuat bisnis ini bergerak lebih cepat,” kata Heru kepada Bisnis, Rabu (29/1/2020).
Sementara itu, Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward lebih melihat pada kualitas, menurutnya kualitas menonton video di Indonesia tidak kunjung membaik, karena penggelaran jaringan oleh operator selular kurang optimal.
Dia mencontohkan di luar negeri, orang nyaman menonton video di dalam kereta karena sepanjang jalur kereta jaringan cenderung stabil. Kondisi tersebut berbeda dengan di Indonesia yang masih banyak terdapat spot jaringan kosong.
Pada 2019 lalu, Opensignal sempat mengeluarkan laporan mengenai pengalaman penggunan gawai dalam menonton video streaming di Indonesia. Hasilnya, Indonesia menempati urutan 74. Pengalaman pengguna gawai menonton video di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan India, Thailand dan Filipina.
Sementara itu, Irak menempati urutan terbawah, di atasnya terdapat negara Etiopia, Afghanistan dan Libya. Opensignal melibatkan 37 juta handset dan 94 miliar perhitungan untuk mengukur pengalaman pengguna. Periode penelitian dilakukan pada 1 Agustus – 30 Oktober 2019.