2020, ADA Incar Pertumbuhan Bisnis Lima Kali Lipat

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 10 Desember 2019 | 13:37 WIB
Ilustrasi digital marketing/CC0
Ilustrasi digital marketing/CC0
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - ADA, perusahaan pemasaran digital dan analisis data bagian dari Axiata Group, memasang target pertumbuhan agresif pada 2020 dengan menawarkan solusi utuh kepada pelanggan korporasi.

Country Director Reach Indonesia, Yogi Triharso mengatakan bahwa perusahaan yang didirikan pada 2018 lalu, saat ini telah memiliki pelanggan korporasi mencapai 120 pelanggan. Mayoritas adalah perusahaan yang bergerak di bidang layanan keuangan dan makanan.

ADA berencana untuk menggenjot jumlah pelanggan tahun depan, dengan memasang target agresif yaitu sebesar lima kali lipat dari pencapaian saat ini atau sekitar 600 pelanggan baru.

Yogi mengatakan untuk mencapai angka tersebut perseroan akan gencar melakukan pemasaran melalui sosial media. Perseoan juga akan membuka banyak kanal untuk menyasar segmen korporasi.

Dia optimisitis mampu mencapai target tersebut. Dia menuturkan ADA berbeda dengan agensi iklan pada umumnya. ADA  mengintegrasikan tiga layanan yaitu layanan konsultasi, agensi dan data.

ADA  menggumpulkan data dan menganalisanya dengan menggunakan Artificial Inteligence atau kecerdasan buatan. Data dari AI dapat digunakan untuk layanan konsutltasi berbasis data dan data analisis. Setelah klien melakukan konsultasi, ADA menawarkan kepada klien, agensi yang terdiri dari tim kreatif, mitra media dan tim pemasaran digital yang dapat membantu melakukan pemasaran tepat sasaran.  

 “Jadi kalau agensi lain misalnya mereka hanya tim kreatif saja, atau tim strategis saja. Kami mengintegrasikan semua itu. Jadi seperti one stop solutions jadi kami menawarkan nilai lebih,” kata Yogi kepada Bisnis.com, belum lama ini. 

Yogi mengatakan bahwa di dunia digital semuanya saling terhubung. Perseroan melihat perusahaan agensi lain sebagai mitra yang potensial untuk berkolaborasi bersama.

Dia mengatakan bahwa pertumbuhan bisnis agensi di luar Jabodetabek sangat besar. ADA mengincar pasar tersebut, tanpa melonggarkan penguatan bisnis perseroan di Jabodatebek. 

Yogi menuturkan sebagai pemain baru perseroan menghindari penetrasi dengan menawarkan harga murah atau strategy pricing.  Dia mencoba menawarkan kepada pelanggan mengenai keuntungan yang akan mereka dapat jika bekerja sama dengan ADA.

“Contohnya, kami berusaha memberikan kepada pelanggan value sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan value yang diberikan oleh kompetitor kepada pelanggan,” kata Yogi.

Dia mengatakan bahwa dalam menjalin kerja sama dengan mitra perseroan tidak menjual data, melainkan saran dan masukan mengenai peluang bisnis berdasarkan analisa yang dilakukan oleh mesin pintar.

Setelah memberi masukan, perseroan kembali akan menawarkan kepada klien mengenai kerja sama selanjutnya. Kerja sama cukup sebatas data atau sampai eksekusi di lapangan. 

“Jadi value yang didapat klien. Jadi bukan price war yang kami ingin capai, namun lebih kepada pencapaian nilai-nilai,” kata Yogi.

Managing Director ADA Indonesia, Kirill Mankovski memperkirakan bahwa pada 2020, pertumbuhan pemasaran digital di Indonesia mencapai 17%. Meski demikian, untuk mencapai angka tersebut, para pelaku yang bergerak di bidan pemasaran harus mampu menghadapi tekanan perekonomian global.

Untuk mengantisipasi masalah ini, ADA pun melakukan survei mengenai perilaku konsumen dan sentimen para pelaku industri pemasaran di Asia Tenggara. Survei dilakukan denga melibatkan 200 pengambil keputusan tenaga pemasaran dan 280 juta perangkat seluler untuk membaca perilaku konsumen.

Dalam laporan yang berjudul “2020 Outlook for Southeast Asian Markets” ADA menyebutkan bahwa sekitar 46,1% responden menilai pertumbuhan pelanggan baru tahun depan akan berjalan lambat. 30,1% menyebut bahwa pertumbuhan akan stagnan seperti 2019, dan 20,4% menyebut bahwa pertumbuhan pelanggan tetap terjadi cukup signifikam tahun depan. Laporan ADA tidak menyebut lebih detil mengenai alasan pertumbuhan jumlah pelanggan.

Di samping itu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa 46% responden meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara akan tumbuh antara melambat dan moderat pada 2020. 35,4% menyebut bahwa pertumbuhan moderat. 10,2% tetap optimis bahwa pertumbuhan eknomi di Asia Tenggara akan melesat, dan 8,3% menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dibandingkan dengan 2019.

ADA menyarankan kepada para tenaga pemasaran melakukan empat hal. Pertama, fokus pada pemanfaatan data untuk mengambil keputusan seperti mengidentifikasi masalah, memperoleh masukan unik dan mengambil langkah tepat.

Kedua, dalam kondisi perlambatan ekonomi, tenaga pemasar tetap harus mempertahankan merek dagang mereka. Ketiga, memenangkan hati pelanggan. Dan terakhir, curi perhatian.

Saat kondisi ekonomi yang melambat, para tenaga pemasaran tetap perlu memperkanalkan produk mereka. Sebab pada kondisi tersebut, umumnya beberapa perusahaan kompetitor memilih mempertahankan diri.    

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper