Ini Sejumlah Tantangan Peluncuran Satelit di Indonesia

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 2 Desember 2019 | 16:45 WIB
 Satelit Nusantara Satu buatan PT Pasifik Satelit Nusantara./www.psn.co.id(psn.co.id)
Satelit Nusantara Satu buatan PT Pasifik Satelit Nusantara./www.psn.co.id(psn.co.id)
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kompleksitas satelit yang akan dibangun dan pemilihan jasa peluncuran menjadi penyebab sebuah satelit telat meluncur. 

Sebelumnya, Indonesia berhasil memperpanjang filing slot tiga satelit yang telah meluncur. Perpanjangan dilakukan pada konfrensi radio dunia  (WRC) 2019 yang diselenggarakan beberapa waktu lalu.     

Dirjen SDPPI Kemkominfo Denny Setiawan mengatakan  perpanjangan filing dibutuhkan karena jadwal peluncuran satelit melebihi batas waktu masa regulasi yang ditetapkan International Telecommunication Union (ITU).

Dia mengatakan jika tidak diperpanjang filing satelit Indonesia akan dihapus oleh ITU dan tidak bisa lagi digunakan untuk satelit Indonesia. Sedangan kehadiran ketiga satelit tersebut sangat dibutuhkan saat ini.  

Filing satelit merupakan slot orbit untuk satelit beroperasi. Slot orbit sifatnya terbatas. Negara–negara di seluruh dunia sedang menunggu slot orbit kosong agar mereka bisa meluncurkan satelit dan mengisi kekosongan slot tersebut.  

Indonesia berhasil memperpanjang di tiga filing antara lain filing satelit Palapa-C1-B di slot orbit 113 BT untuk frekuensi Ku band yang seharusnya berakhir di 6 agustus 2019 menjadi 31 juli 2020.

Kemudian filing satelit Garuda-2 di slot orbit 123 BT untuk frekuensi L band yang masa suspensinya seharusnya berakhir tanggal 1  november 2020, menjadi 1 november 2024.

Terakhir, filing satelit PSN-146E di slot orbit 146 BT untuk frekuensi Ka band hingga yang regulatory periodnya seharusnya berakhir tgl 25 oktober 2019, menjadi tanggal 31 maret 2023.

“Jika tidak diperpanjang, filing satelit akan dihapus oleh ITU,” kata Denny kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Sementara itu, Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan persetujuan seluruh negara anggota ITU.

Indonesia berhasil meyakinkan semua negara anggota ITU mengenai pentingnya filing satelit tersebut dan berhasil merundingkan masalah koordinasi satelit dengan negara yang terdampak dengan filing satelit Indonesia seperti Australia, Uni Emirat Arab, China, Malaysia, Luksemburg, Inggris, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Belanda, India, dan Papua Nugini.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI)  Hendra Gunawan mengapresiasi keberhasilan pemerintah dalam memperjuangkan perpanjangan penggunaan slot orbit untuk tiga satelit.

Perpanjangan penggunaan slot orbit tersebut sangat strategis bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan masyarakat , karena rencana terkait dengan rencana peluncuran satelit Nusantara Dua, Satria serta satelit L-Band Indonesia.

Adapun, mengenai keterlambatan masa peluncuran, kata Hendra, merupakan hal yang biasa dalam industri satelit. Umumnya peluncuran dilakukan 2.5 tahun--3 tahun setelah tanda tangan kontrak, tergantung kepada kompleksitas satelit yang akan dibangun.

“Di samping itu, peluncuran juga bergantung pada pemilihan jasa peluncuran. apakah menggunakan peluncuran tunggal (single launch) dan  peluncuran bersamaan dengan satelit lain (dual launch)” kata Hendra.  

Sementara itu, Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward berpendapat bahwa keterlambatan peluncuran dapat disebabkan berbagai hal seperti kepastian pengguna atau pembeli kapasitas ketika satelit mengorbit dan nilai ekonomis.

Dia mencontohkan peluncuran satelit Satria baru dapat terlaksana pada 2023, karena telah memiliki kepastian bahwa kapasitasnya akan dibeli oleh Bakti. Jika tidak ada kepastian, akan berisiko secara finansial untuk meluncurkan satelit.

“Jadi penting juga untuk tahu yang mau membeli [kapasitas] siapa, itu tugas bagian pemasarannya,” kata Ian.

Dia menambahkan faktor lain yang membuat sebuah satelit telat meluncur dan perlu diperpanjang adalah perubahan teknologi yang digunakan oleh satelit. Dia mencontohkan satelit PSN, awalnya dibuat dengan teknologi C-Band menjad Ka Band.

Perubahan teknologi tersebut memakan waktu sehingga berdampak pada waktu peluncuran yang juga menjadi mundur.

“Karena mengubah teknologi maka makan waktu lagi,” kata Ian.    

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper