Bisnis.com, JAKARTA — Pendanaan ke perusahaan rintisan yang bergerak di bidang teknologi kesehatan di Asia Tenggara melonjak selama semester I/2019. Mayoritas pendanaan masuk ke perusahaan asal Singapura dan Indonesia.
Laporan Galen Growth Asia bertajuk Healthtech Investment Landscape mencatat, investasi ke perusahaan rintisan di bidang healthtech di Asia Tenggara mencapai US$189 juta sepanjang paruh pertama tahun ini. Pendanaan ini meningkat tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan volume investasi, jumlah kesepakatan juga meningkat 23% menjadi 27 pendanaan.
Meningkatnya nilai pendanaan tersebut didorong oleh tiga investasi besar yang disumbang oleh perusahaan rintisan asal Indonesia Halodoc, dan dua perusahaan rintisan asal Singapura yaitu CXA dan Biofourmis. Nilai investasi ketiga perusahaan tersebut setara dengan 40% dari total investasi di kawasan tersebut.
CEO & Founder Galen Growth Asia Julien de Salaberry dalam laporannya menyatakan bahwa investasi di AsiaTenggara tumbuh dua kali lipat, dan menjadi pemenang di tengah-tengah perang dagang yang terjadi antara China dan Amerika Serikat. Hal ini berbanding terbalik dengan investasi perusahaan rintisan kesehatan di China yang turun hingga 49% selama paruh pertama tahun ini, dibandingkan tahun lalu.
“Industri dan sentimen investor untuk healthtech di Asia Pasifik sangat menguntungkan [ekosistem startup]. Lebih dari 90% investor dan pemimpin korporasi yang kami survei mengonfirmasi bahwa healthtech masih menjadi prioritas utama bagi mereka,” ujarnya.
Nilai rata-rata pendanaan pada kuartal II/2019 tercatat mencapai US$6,4 juta per kesepakatan, tumbuh 2,8 kali lipat dibandingkan US$2,4 juta pada kuartal II/2018. Adapun sepanjang paruh pertama tahun ini, investasi healthtech di Asia Tenggara terjadi di Singapura, Indonesia, Vietnam, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand, dengan jumlah terbanyak Singapura mencapai 15 pendanaan, diikuti Indonesia sebanyak 4 pendanaan.
Data Galen Growth Asia juga mencatat, 44% pendanaan terjadi pada kuartal II/2019 merupakan tahap awal, turun 20% dibandingkan kuartal II/2018. Sementara 44% lainnya terjadi pada tahap pertumbuhan, 11% pada tingkat akhir. Tidak ada strategi exit dilakukan dalam periode ini