Akibat Huawei dan 5G, Xiaomi Alami Perlambatan Pertumbuhan

Geofanni Nerissa Arviana
Kamis, 22 Agustus 2019 | 16:37 WIB
Karyawan beraktivitas di salah satu gerai Xiaomi, di Jakarta, Senin (29/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawan beraktivitas di salah satu gerai Xiaomi, di Jakarta, Senin (29/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – perusahaan ponsel cerdas asal China, Xiaomi Corp. mencatatkan pertumbuhan pendapatan terendahnya pada kuartal kedua tahun ini. Hal tersebut terjadi akibat dua hal, yaitu pasar yang fokus pada pembelian Huawei dan penantian peluncuran ponsel 5G.

Saham Xiaomi yang nilainya menurun setengah sejak IPO (initial public offering) kembali turun 6 persen dalam perdagangan Rabu (21/8/2019) siang. Xiaomi memulai debut sahamnya pada Juli 2018.

Perusahaan yang didirikan pada 2010 tersebut menyatakan bahwa mereka gagal menaikkan pengiriman ponsel pintarnya di kuartal kedua, yang mencapai 32 juta.

Menurut perusahaan riset Canalys, pangsa pasar Xiaomi di China menurun seperlima pada kuartal II/2019, sedangkan pangsa Huawei melonjak sebesar 31 persen.

Meroketnya pangsa Huawei di China justru disebabkan oleh AS yang memasukkan perusahaan tersebut ke dalam daftar hitam. Masyarakat China ramai membeli produk Huawei di negaranya sendiri sebagai bentuk dukungan mereka.

Selain itu, menurut analis, banyak pelanggan menunggu peluncuran ponsel pintar dengan teknologi 5G. Dengan begitu, mereka menunda membeli ponsel baru hingga 5G diluncurkan.

“Pelanggan umumnya menahan ponsel pintar yang sudah ada dan produsen berharap 5G akan menjadi alasan bagi pelanggan mereka untuk membeli ponsel baru,” ujar analis Morningstar Dan Baker seperti dikutip Reuters.

Pendapatan kuartal kedua Xiaomi naik 15 persen menjadi 51,95 miliar yuan (US$7,4 miliar) dari 45,24 miliar yuan pada tahun lalu. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan analis, yaitu sebesar 53,52 miliar yuan, menurut data I/B/E/S dari Refinitiv.

Sementara itu, penghasilan bersih perusahaan merosot 87 persen menjadi 1,96 miliar yuan karena nilai wajar investasinya beralih ke kerugian pada kuartal kedua, dari kenaikan setahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper