Bisnis.com, JAKARTA — Ekosistem perusahaan rintisan yang berkembang di Jakarta dinilai telah memasuki fase yang cukup berpengalaman dan diperhitungkan di tingkat internasional.
Meski demikian, pemerataan infrastruktur dan talenta digital masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri guna mengembangkan ekosistem perusahaan rintisan di Tanah Air.
Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) Joddy Hernady menyatakan yang menyebut Jakarta dianggap telah masuk pada fase late-globalization atau ekosistem yang telah berpengalaman.
Berdasarkan laporan Global Startup Ecosystem Report (GSER) 2019 yang dipublikasikan Startup Genome,fase ini merupakan fase kedua dari ekosistem perusahaan rintisan di dunia, yang terdiri dari fase aktivasi, globalisasi, atraksi, dan integrasi.
“Yang harus dilakukan pada ekosistem fase ini adalah fokus pada keterhubungan secara global dengan para pendiri dari puncak ekosistem, peningkatan ekosistem, dan mendukung startup untuk meningkatkan jangkauan ke pasar global,” ujarnya, baru-baru ini.
Dia menyebut ekspansi ke regional Asia Tenggara telah dilakukan sejumlah perusahaan, sebut saja Gojek, Bukalapak, Traveloka dan beberapa perusahaan teknologi finansial.
Menurutnya, teknologi telah membuat batasan-batasan antar negara menjadi lebih mudah dijangkau. Lebih jauh, kondisi ini memungkinkan perusahaan tersebut melakukan strategi exit di luar negara asalnya.
“Bisa saja nanti salah satu unicorn itu melakukan IPO di luar negeri,” ujarnya.
Dia menjelaskan, beberapa hal yang mempengaruhi ekosistem startup di suatu daerah antara lain performa kinerja perusahaan, ketersediaan pendanaan, wawasan dan pengetahuan, potensi pasar, Sumber Daya Manusia (SDM), pengalaman, dan keterhubungan atau akses infrastruktur.
Pihaknya mencatat setidaknya terdapai 1009 startup pada tahun lalu, dengan jumlah terbanyak 532 startup berada di Jakarta, diikuti kota lainnya seperti Jawa Timur 99 startup, Jawa Barat 98 startup, Jawa Tengah dan DIY 86 startup.
Sementara di luar Jawa khususnya Bali dan NTB terdapat setidaknya 50 startup, Sumatra 75 startup, Sulawesi 26. Sementara sisanya tidak diketahui letak domisilinya. Dilihat dari jenisnya, mayoritas startup yang ada di Jakarta adalah perusahaan e-commerce, 33 fintech, 16 gim, dan masih banyak lainnya.
Joddy menyatakan, pada tahun ini pihaknya dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memulai inisiatif untuk membawa kota-kota di Indonesia masuk ke jaringan ekosistem startup global melalui program Accelerating Indonesia to Global Startup System. Selain itu, juga merencanakan kajian Indeks Kota Startup Indonesia yaitu kajian indeks yang menunjukkan level kesiapan kota-kota di Indonesia sebagai ekosistem yang mendukung pertumbuhan startup digital.
Dia menilai, pemerataan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang IT menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan skala ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya berencana mengadakan pelatihan baik secara langsung maupun melalui platform online untuk meningkatkan daya saing talenta digital Indonesia.
“Di luar Jakarta, kota lainnya seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar khususnya kota yang berdekatan dengan universitas IT memiliki potensi menjadi sumber talenta digital kita,” ungkapnya.
Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, Indonesia perlu membangun ekosistem startup bertaraf global untuk menghasilkan lebih banyak dampak ekonomi kepada masyarakat.
Dia menambahkan, pemerintah juga kerap mempromosikan perusahaan rintisan asal Indonesia ke konferensi internasional, guna mendapatkan koneksi dan peluang bisnis yang lebih banyak dibandingkan di Tanah Air. Hanya saja, pihaknya mengaku cukup selektif memilih perusahaan yang akan dipromosikan.
“Startup yang dibawa ke internasional paling tidak harus mandiri, karena tidak semuanya dibiayai. Paling tidak sudah beroperasi 2-3 tahun dan punya traffik bagus,” ungkapnya.