Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas pengguna internet di Indonesia mendukung langkah pemerintah menyensor konten-konten di dunia maya untuk memberantas penyebaran berita palsu atau fake news serta hoaks.
Dukungan itu tercermin dari hasil survei dan riset Ipsos-Centre for International Governance Innovation (CIGI) bertajuk Keamanan dan Kepercayaan Internet 2019.
Survei dilakukan Ipsos yang mewakili CIGI, bekerja sama dengan Internet Society (SOC) dan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).
Dalam kegiatan yang melibatkan 25.000 lebih pengguna internet di dunia itu diketahui, ada 85 persen responden dari Indonesia yang mendukung langkah pemerintah untuk memberantas hoaks dan fake news.
Sebanyak 54 persen responden mengaku sangat mendukung kebijakan pemerintah, dan 32 persen lainnya mendukung secara biasa. Dukungan pengguna internet di Indonesia terhadap kebijakan pemerintah tergolong tinggi dibanding negara-negara lain.
Sebagai perbandingan, hanya ada 42 persen responden dari Amerika Serikat yang mendukung penyensoran pemerintah terhadap konten di dunia maya. Kemudian, 55 persen responden dari Jepang menyatakan hal serupa.
Riset yang sama juga menunjukkan, ada 62 persen responden dari Indonesia yang mengaku pernah melihat berita palsu dari medsos Twitter. Sebanyak 66 persen responden Indonesia sempat melihat berita bohong atau hoaks dari blog.
Penyebaran berita bohong juga diakui responden Indonesia tidak hanya berasal dari medsos. Media lain yang disebut turut menyebarkan berita bohong adalah televisi, media cetak, media daring, dan YouTube.
Riset yang sama juga mengungkap, 49 persen pengguna internet di Indonesia mudah percaya terhadap kabar bohong yang mereka terima. Kemudian, 79 persen responden menyebut pemerintah harus bertanggung jawab atas maraknya berita palsu dan hoaks yang menyebar.
Terakhir, survei tersebut mengungkap ada 75 persen responden global yang menyebut Facebook, Twitter, serta platform medsos lain berkontribusi terhadap ketidakpercayaan mereka akan internet. Penyebab lain yang membuat masyarakat tak mudah percaya internet adalah maraknya kejahatan siber (disebut 81 persen responden) dan kurangnya tingkat keamanan internet (62 persen responden).