2.300 Sekolah Terpencil Bakal Tersambung Internet Cepat

Rahmad Fauzan
Selasa, 26 Maret 2019 | 15:48 WIB
(Dari kiri) Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, Anggota Komisi I DPR RI Andreas Hugo Pareira, Menkominfo Rudiantara, Siswi SMAN Detusoko Sharyna Ayu Pale, Siswi SMAN Detusoko Theresia Kambe saat meninjau jaringan internet satelit di Desa Detusoko pada Senin (25/3/2019)./Bisnis-Rahmad Fauzan
(Dari kiri) Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, Anggota Komisi I DPR RI Andreas Hugo Pareira, Menkominfo Rudiantara, Siswi SMAN Detusoko Sharyna Ayu Pale, Siswi SMAN Detusoko Theresia Kambe saat meninjau jaringan internet satelit di Desa Detusoko pada Senin (25/3/2019)./Bisnis-Rahmad Fauzan
Bagikan

Bisnis.com, KUPANG — Pemerintah berambisi menghubungkan sekitar 2.300 sekolah di Indonesia dengan internet kecepatan tinggi, khususnya di wilayah terluar dan terpencil.

Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (Bakti) menargetkan penyediaan 4.111 titik di berbagai wilayah di Indonesia dengan akses internet berkecepatan 8 Mbps. Sebanyak 56% dari total titik akses tersebut rencananya dipasang di sekolah di seluruh Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan pemerintah menargetkan semua akses internet tersebut dapat terhubung sesegera mungkin, meskipun satelit Satria Multifungsi baru akan selesai pada 2022 mendatang.

“Kalau nunggu satelitnya itu tahun 2022, jadi rencananya mau nambal dulu sebanyak mungkin,” ujarnya saat mengunjungi SMAN Detusoko, Ende, Nusa Tenggara Timur, Senin (25/3).

Rudiantara menambahkan, untuk saat ini pemerintah menyewa satelit Nusantara Satu milik Pasifik Satelit Nusantara (PSN). Masalahnya, tutur Rudi, satelit Nusantara Satu berkapasitas kecil yakni 15 Gbps dibandingkan dengan kapasitas yang dibutuhkan pemerintah yaitu 150 Gbps.

Menkominfo mengunjungi SMAN Detusuko di Ende, Nusa Tenggara Timur untuk meninjau titik akses internet yang disediakan oleh Bakti.

Rudiantara mengatakan jaringan internet di Desa Detusoko harus menggunakan satelit. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis Detusoko yang terdiri dari pegunungan sehingga membuat pengerjaan serat optik menjadi tidak mudah.

Theresia Kambe, murid SMAN Detusoko lainnya, mengatakan jaringan internet dihadirkan di sekolah tersebut sejak Januari 2019. Sejak 3 bulan penggunaan internet, beberapa metode belajar di sekolah satu-satunya di desa Detusoko tersebut mulai mengalami perubahan. Salah satunya adalah metode pengiriman tugas yang wajib menggunakan e-mail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper