Bisnis.com, JAKARTA – Lippo Group tidak membantah dan tidak mengiyakan kabar investasi yang dilakukan Tokopedia kepada unit usaha dompet digitalnya, OVO.
John Riady, generasi ketiga dari Lippo Group yang baru didapuk jadi CEO PT Lippo Karawaci Tbk, mengatakan saat ini di lini bisnis digital, termasuk OVO, pihaknya lebih banyak menggunakan skema kemitraan untuk berkembang.
“Kita sementara kemitraan aja. [Soal investasi dari Tokopedia] Itu mesti tanya ke Tokopedia-nya itu. [Untuk saham Lippo di OVO] kita belum ada perubahan, kita kemitraan saja. Dicek sama Tokopedia [soal investasi],” ujar John ketika berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, Selasa (19/3/2019).
Dari catatan Bisnis, Tokopedia menjalin kerja sama dengan OVO pada akhir 2018 untuk menggantikan dompet digitalnya yaitu Tokocash yang belum mendapatkan izin operasional dari Bank Indonesia.
Adapun terkait status unicorn yang dikabarkan telah disandang OVO sejak awal 2019 ini, John mengatakan pihaknya fokus untuk melakukan bisnis bukan mengejar status unicorn.
“Unicorn itu kan sekunder, yang penting pengguna kita senang, cashback-nya banyak. Itu yang paling penting. Kalau unicorn, mesti nanya Pak Rudiantara [Menkominfo], Chief Rudi kan pejuang unicorn,” ujarnya.
Dia mengatakan saat ini Lippo Group lebih fokus pada bisnis properti dan kesehatan.Oleh karena itu, Lippo Karawaci menjadi induk yang penting dari keseluruhan bisnis yang ada di grup. Adapun sektor bisnis lainnya, akan dikembangkan dengan kemitraan.
“Mungkin kami ingin mencari mitra-mitra yang untuk mereka ini adalah core bisnis mereka dan kami bermitra, kami [menjadi partner], dan kami mendukung mereka. Contohnya kita membangun perusahaan seperti OVO, misalnya,” katanya.
John menjelaskan Lippo membangun perusahaan OVO dan mendorong di awalnya. Namun, setelah 1,5 tahun, pihaknya mulai mencari mitra untuk OVO, seperti Grab. Kemudian berlanjut dengan bermitra dengan Tokopedia.
Melalui kemitraan ini, katanya, pihaknya justru bisa menggunakan dan mengambil ekosistem dan usecase yang ada di Grab dan Tokopedia.
“Tentu mungkin kita tidak kontrol, dalam arti memiliki 50%, seperti itu. Tapi karena perusahaan ini dimiliki oleh, yang saya suka sebut natural owners, pemilik alami. Bahkan usaha ini sekarang dimiliki natural owners sehingga kinerja perusahaan ini akan lebih baik. Jadi kita konsepnya bermitra dengan mereka,” jelasnya.
Dia menegaskan hal ini yang menjadi perbedaan dalam menjalankan perusahaan di era sekarang dengan adanya disrupsi. Adakalanya, perusahaan harus bermitra dan ini baik bagi kinerja perusahaan.
“Di Indonesia ini, setiap usaha membutuhkan perhatian yang banyak dan kita tidak kepegang seluruhnya itu. Jadi kita perlu fokus di industri yang jatah kita, yang lain kita cari partner, dan dukung,” ujarnya.
Hingga saat ini, OVO menjadi layanan dompet digital yang dominan bersama GO-PAY dari GO-JEK. Ditambah kehadiran LinkAJa yang merupakan kolaborasi layanan dompet digital perusahaan BUMN, menambah ramai industri dompet digital Tanah Air.