Bisnis.com, JAKARTA –Vendor ponsel pintar masih tetap optimistis terkait dengan kinerja tahun ini meskipun jumlah unit pengiriman (shipment unit) ponsel pintar di pasar global pada 2019 diperkirakan menurun.
Berdasarkan laporan International Data Corporation (IDC) baru-baru ini, volume pengiriman ponsel pintar tahun ini sebanyak 1,394.9 juta unit atau turun 0,8% dari tahun sebelumnya sekitar 1,283 juta unit.
Meski demikian, beberapa vendor di Tanah Air mengaku hal tersebut tidak akan memengaruhi kondisi pasar ponsel pintar dalam negeri.
Vice President of PT Samsung Electronics Indonesia, Lee Kang Hyun, bahkan memperkirakan jumlah unit ponsel pintar merek Samsung di Indonesia tahun ini bisa naik 5% – 9%. “Di Indonesia belum begitu pengaruh. Tahun ini diperkirakan jumlah unit naik 5-9%,” ungkap Lee kepada Bisnis, Selasa (12/3/2019).
Hal senada disampaikan oleh Public Relations Manager Oppo Indonesia, Aryo Meidianto. Dia menjelaskan, pasar ponsel pintar di Indonesia terbilang masih bergairah, terutama mengingat masih banyaknya konsumen di Indonesia yang menggunakan perangkat non-smartphone.
“Pengguna ini pada setiap tahunnya menjadi stimulan untuk kenaikan angka penjualan, memang tidak besar, namun cukup menjanjikan,” ujar Aryo.
Dia menambahkan, faktor gaya hidup konsumen yang mengikuti perkembangan teknologi ponsel pintar di Tanah Air terus bertumbuh di mana pengguna basic smartphone mulai menjadi pengguna ponsel pintar kelas medium to high.
Perkiraan yang disampaikan oleh vendor diperkuat oleh pernyataan Associate Market Analyst IDC Indonesia, Risky Febrian. Menurut Risky tahun ini pasar ponsel pintar di Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 5%.
Adapun, hal tersebut disebabkan tingkat penetrasi ponsel pintar di Indonesia yang belum cukup tinggi, sehingga masih ada banyak ruang bagi pasar ponsel pintar untuk bertumbuh.
Dia menambahkan, dengan selesainya proyek Palapa Ring tahun ini, diharapkan dapat memperluas jangkauan network 4G ke kota-kota kecil dan daerah pelosok, sehingga bisa menstimulasi penetrasi ponsel pintar di daerah-daerah tersebut.
Namun demikian, pasar ponsel pintar di Indonesia tentunya tidak terlepas dari beberapa tantangan. Menurut Lee Kang Hyun, ada 3 hal yang menjadi tantangan bagi pasar ponsel pintar dalam negeri saat ini.
Pertama, beberapa merek ponsel pintar foldable yang bakal diluncurkan tahun ini belum dapat diproduksi di Indonesia karena teknologi baru yang dimiliki ponsel pintar tersebut belum bisa diterapkan di Tanah Air.
Kedua, peraturan mengenai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) membatasi pasar ponsel pintar di Indonesia. Ketiga, masih tertinggalnya Indonesia dalam hal jaringan karena beberapa negara segera menerapkan 5G.
Aryo menambahkan, 2019 ini agaknya menjadi tahun pertaruhan bagi vendor-vendor ponsel pintar untuk menyajikan inovasi dan teknologi baru kepada konsumen, terutama teknologi tepat guna yang sangat penting bagi konsumen.
“Dengan demikian, teknologi yang disajikan nantinya tidak hanya menjadi sebuah gimmick marketing saja, tetapi juga merupakan teknologi yang benar - benar dibutuhkan oleh konsumen di Indonesia,” ujarnya.