Bisnis.com, JAKARTA — Setelah meraih modal segar senilai US$65 juta, Halodoc bakal memperluas layanan antar obat ke luar kota besar. Perusahaan yang terafiliasi dengan Gojek tersebut tahun ini juga menargetkan bisa mengandeng 500—600 rumah sakit baru sebagai mitra.
Halodoc pada Senin (5/3/2019) mengumumukan pendanaan Seri B senilai US$65 juta yang dipimpin oleh UOB Venture Management. Dalam ronde pendanaan tersebut terlibat beberapa investor baru lainnya seperti Singtel Innov8, Korea Investment Parnters, dan WuXi AppTec serta beberapa investor Halodoc terdahulu.
Rencananya Halodoc akan menggunakan dana tersebut untuk kelanjutan pembangunan teknologi dan infrastruktur layanan kesehatan, sekaligus memperluas kerjasama strategis dengan berbagai rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan di Indonesia.
Baca Juga Halodoc Himpun Modal Rp919 Miliar |
---|
Founder dan Chief Executive Officer Halodoc Jonathan Sudharta menjelaskan, adanya pendanaan ini memungkinkan perusahaan untuk memperluas cakupan layanan, salah satunya pengantaran obat.
Bila sebelumnya layanan itu baru mencakup kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, setelah ini pihaknya mulai menyasar kota lapis dua.
“Untuk layanan antar obat dari apotik, ekspansi pengembangannya akan menjangkau kota selain di Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan dan beberapa pulau lain. Dari sisi geografis, kami juga mulai membuka di second tier city,” ujar Jonathan ketika dihubungi Bisnis, Senin (04/3/2019).
Selain itu, pihaknya juga berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak rumah sakit, atau mencapai 500—600 rumah sakit baru pada tahun ini.
“Kami mengawali karir Halodoc dengan mempertemukan dokter dengan pasien, dan kini sudah masuk kerja sama dengan lebih dari 1.000 rumah sakit. Pendanaan ini akan memperluas hubungan dokter dengan pasien di seluruh penjuru rumah sakit yang ada,”
Halodoc merupakan platform layanan kesehatan digital melalui aplikasi pada telepon genggam dan situs web yang memungkinkan penggunanya untuk dapat melakukan komunikasi langsung ke lebih dari 20.000 dokter berlisensi di Indonesia. Demi kenyamanan, pengguna juga dapat melakukan pemesanan cek laboratorium yang dapat dilakukan di rumah serta melakukan pemesanan obat melalui aplikasi di 1.300 apotek rekanan yang dapat diantar dalam waktu kurang dari 1 jam.
Penggunaan platform Halodoc pada 2018 diklaim meningkat sebesar 2.500%, melebihi ekspektasi awal, yang mencerminkan secara jelas tingginya permintaan akan kenyamanan dan kemudahan akses layanan kesehatan.
Jonathan menambahkan, secara bisnis dia menyatakan kontribusi dari layanan konsultansi kesehatan online dengan layanan pengantaran obat yang dilakukan perusahaan cukup seimbang. Pasalnya, kedua jenis layanan ini bersifat saling melengkapi dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih lanjut, pihaknya menyatakan tak menutup kemungkinan untuk ekspansi ke luar negeri. Namun, dia menyatakan hal tersebut belum menjadi target pendek perusahaan. Pihaknya lebih memilih untuk fokus mengembangkan bisnis di Tanah Air karena masih banyak daerah yang belum terjangkau oleh akses kesehatan.
Berdasarkan data Frost and Sullivan, nilai industri kesehatan di Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 21 triliun pada 2019, meningkat dari USD 7 triliun di 2014. Disinilah, Halodoc memegang peranan penting dalam mentransformasikan sektor kesehatan melalui pemanfaatan teknologi yang mutakhir dan solusi yang inovatif.
Kian-Wee Seah, Managing Director dan CEO UOB Venture Management mengatakan, visi Halodoc adalah menggunakan teknologi untuk memperluas akses pelayanan kesehatan berkualitas dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang terbatas di negara yang luas seperti Indonesia.
“Investasi kami di Halodoc ini merefleksikan pendekatan investasi bertanggung jawab untuk mendukung kemajuan ekonomi dan sosial,” ujarnya.