Facebook, Whatsapp dan Bawaslu Gotong Royong Bendung Hoax Jelang Pemilu 2019

Rahmad Fauzan
Selasa, 22 Januari 2019 | 07:23 WIB
Aplikasi WhatsApp terlihat di layar ponsel./Reuters-Thomas White
Aplikasi WhatsApp terlihat di layar ponsel./Reuters-Thomas White
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Facebook dan Whatsapp bersama dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bekerja sama melawan berita bohong atau hoaks menjelang penyelenggaran Pemilihan Presiden 2019.

Beberapa langkah telah disiapkan oleh keduanya mulai dari upaya mengurangi penyebaran berita palsu, penghapusan akun, pelarangan terhadap akun-akun tertentu, hingga bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil.

Secara global, Facebook mengerahkan 20.000 pekerja untuk memantau konten yang terkait dengan isu-isu keamanan, pemilu, dan berpotensi digunakan untuk kejahatan. Di Indonesia, platform tersebut bekerja sama dengan Pemeriksa Fakta Pihak Ketiga yang terdiri dari organisasi masyarakat dan media massa.

Penghapusan terhadap akun palsu serta larangan untuk menampilkan iklan yang tidak pantas juga menjadi langkah yang diambil Facebook. Tahun lalu, Facebook menyatakan tidak akan memberikan izin beriklan untuk halaman yang menyebarkan berita palsu.

Untuk penghapusan akun, pada kuartal I/2019 sekitar 753,7 juta akun palsu di seluruh dunia telah dihapus, 97% di antaranya terdeteksi sebelum dilaporkan oleh pengguna.

Sementara itu, Whatsapp juga mulai melakukan beberapa perubahan. Aplikasi ini menetapkan batasan untuk meneruskan pesan. Secara global, setiap pesan hanya  dapat diteruskan ke lima pengguna lain. Pihak Whatsapp mengatakan pengaturan baru tersebut dapat mulai berlaku hari ini atau selambat-lambatnya 2 minggu mendatang.

Perubahan-perubahan lain yang dilakukan adalah pelarangan terhadap akun spam serta sistem pelaporan yang diperbaharui. 

Sementara itu, Bawaslu mengaku masih menghadapi dilema dalam menentukan sebuah konten adalah ujaran kebencian/hoaks atau political speech.

 “Karena salah satu bagian penting demokrasi adalah kebebasan bicara. Jadi, kapan sebuah political speech menjadi hate speech menjadi diskusi yang cukup keras,” kata Fritz di Jakarta, Seni (21/1). 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper