Laporan dari Manila : Saatnya Menjadi Inteligent Enterprise

Feri Kristianto
Senin, 12 November 2018 | 17:40 WIB
Ilustrasi seperangkat server data/Wikimedia Commons
Ilustrasi seperangkat server data/Wikimedia Commons
Bagikan

Bisnis.com, MANILA--Selamat tinggal era kertas yang dinilai tidak efisien.

Sistem ini dinilai sudah sangat tidak efektif khususnya bagi organisasi yang memiliki ribuan karyawan dan tersebar di berbagai wilayah baik dalam satu negara maupun antar negara. Apalagi bagi perusahaan dengan ribuan pemasok dari berbagai daerah.

Dengan perkembangan teknologi informasi hingga machine learning, sekarang organisasi tidak perlu lagi repot menilai kinerja pegawai dalam wujud kertas. Hanya perlu menyewa server dan aplikasi komputing, maka semua pemantauan bisa dilakukan melalui aplikasi yang tertanam di sebuah gawai. Proses dilakukan secara otomatisasi. Hemat biaya, karena tidak perlu sewa server dan tenaga IT, serta paperless.

Nilai tambahnya lagi, perusahaan yang memanfaatkan sistem komputing itu bisa mendapatkan data penting. Misalnya saja, siapa karyawan paling tepat waktu atau toko mana paling laris.

Bahkan data konsumen yang konsisten membeli satu jenis produk akan terekam. Data-data ini bisa disinergikan dengan misi dan visi perusahaan untuk beberapa tahun ke depan. Inilah yang kini disebut sebagai intelegent enterprise atau perusahaan cerdas.

Sejumlah perusahaan kini mulai fokus menuju arah sebagai intelegent enterprise.  Peluang inilah yang coba diisi oleh SAP, perusahaan perangkat lunak asal Jerman. Lihat saja yang dilakukan oleh The Body Shop Indonesia dengan mengadopsi SAP SuccesFactors guna menditigalisasi proses SDM. Hasilnya, perusahaan ritel ini kini tidak lagi disibukkan dengan tumpukan kertas penilaian.

Dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1.300 orang tersebar di sejumlah Indonesia, masalah penilaian kinerja karyawan bisa diketahui melalui sebuah gawai. Semua itu bisa terjadi karena difasilitasi sistem milik SAP.

“Dulu kami harus menggunakan kertas untuk surat menyurat. Bayangkan dari Aceh kirim dokumen ke Jakarta butuh dua bulan karena harus dicetak,” jelas Human Resources Director The Body Shop Indonesia Mira Fitria Soetjipto ketika ditemui Bisnis di acara gathering klien SAP di Manila, Philipina, pada akhir pekan lalu.

Tidak hanya soal penilaian, masalah training juga kendala. Karena pelatihan harus datang ke Tangerang, praktis hanya sekitar 50% karyawan pernah mengikuti. Idealnya seluruh karyawan harus pernah merasakan training. Kini smua kendala itu terpecahkan dengan sistem otomatisasi. Dalam sebuah gawai, semua proses dilakukan. Karyawan pun senang, karena sebagian besar mereka adalah generasi milenial.

 Menurut Mira, di era sekarang perusahaan dipacu beradaptasi secara cepat. Hanya mengaku sudah mengadopsi digitalisasi, tetapi di internal organisasi belum melakukan digitalisasi belum bisa disebut sudah menjadi perusahaan digital.

Contoh lain yang merasakan dampak otomatisasi adalah startup CrowdFarmX asal Singapura. Perusahaan aplikasi yang menghubungkan petani dengan teknologi ini bisa mengontrol kiprah dari sejumlah petani mitra mereka di seluruh wilayah Asia Tenggara dengan mengadopsi S/4Hana Public Cloud. Aplikasi ini menargetkan mencetak 10 juta petani dalam 22 tahun mendatang.

Founder dan CEO CrowdFarmX Andi Tan mengatakan pihaknya membutuhkan standar dan protocol bagaimana mengirimkan barang dari petani hingga ke konsumen dan mempertahankan pasokan dari hasil panen.

Semua keputusan manajerial itu bisa dilakukan melalui gawai. Dengan sistem komputasi blokchain data dan alur rantai pasokan hingga ke konsumen tersaji secara realtime. Alhasil, setiap petani akan terlihat kapan mereka akan panen, hingga berapa banyak misalnya kebutuhan sayuran diperlukan. Dia menekankan semua data hingga transaksi dilakukan secara transparan.

 “Sistem SAP membantu kami dan juga petani. Misalnya petani ini memproduksi ini, dan SAP bisa tahu bahwa produksimu bisa diketahui pada bulan depan. Jadi bulan depan petanimu sudah punya kapasitas dan kami memesan produk,” jelasnya ditemui di lokasi sama.

President and Managing Director SAP Asia Tenggara Claus Andresen menuturkan di era seperti sekarang, perusahaan tidak hanya dituntut menjadi digital. Lebih dari sekedar itu, organisasi juga mutlak bertransformasi menjadi perusahaan cerdas atau intelegent enterprise. Secara harfiah, arti perusahaan cerdas adalah yang mampu memanfaatkan data untuk mengambil keputusan secara tepat.

Perusahaan cerdas bisa mengetahui berapa kebutuhan, berapa cepat bisa disediakan dan tren kebutuhan konsumen ke depan seperti apa. Perusahaan ini biasanya memiliki platform yang dapat mensinergikan unsur inti perusahaan,yakni produsen, distribusi dan konsumen. Menurutnya, untuk menjadi perusahaan cerdas dibutuhkan solusi teknologi  yang dapat memanfaatkan sumber daya terbatas tetapi efektif dan efisien melalui sistem otomatisasi.

Sistem ini juga dapat membantu menghemat pengeluaran organisasi. Keuntungan perusahaan yang mengadopsi platform ini, mereka memiliki data realtime serta operasional perusahan berjalan secara efektif.

Dengan otomatisasi dan digitalisasi, perusahaan akan mampu bersaing di era disrupsi seperti sekarang. Memiliki data mengenai aktivitas konsumen hingga presisi kedatangan pasokan bahan baku dalam format digital akan sangat memudahkan perusahaan. Ini sejalan dengan perkembangan industri 4.0 di Indonesia.

“Ada yang mengatakan data ibarat minyak dan menurut kami hal itu sangat benar. Data bisa menghubungkan semuanya, baik konsumen, pemasok hingga visi misi perusahaan,” jelasnya ditemui di Manila.

Khusus di Indonesia, Claus menyatakan akan fokus memberikan layanan bagi pemerintah daerah yang sekarang dituntut efisien dan transparan, terhadap UMKM yang tumbuh pesat serta bagi organisasi yang menghadapi industri 4.0. SAP mengklaim memiliki platform lelang elektronik yang dapat menghubungkan dengan baik dengan jutaan perusahaan.

UMKM merupakan urat nadi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejalan dengan semakin membaiknya pembangunan infrastruktur, bisnis UMKM akan bertumbuh besar.

Bila UMKM tidak mampu memanfaatkan kondisi ini pihaknya khawatir akan. Adapun terkait dengan pemerintah, Claus mengatakan kebutuhan roda pemerintah berjalan secara tranparan sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.

“Selama 29 tahun, SAP telah membantu lebih dari 10.000 perusahaan di Asia Tenggara mengadopsi digitalisasi. Saat ini, kami terus memperluas portofolio inovasi kami dengan cara baru, yang memungkinkan pelanggan dan mitra untuk berinovasi dengan tujuan dan keyakinan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Feri Kristianto
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper