Bisnis.com, SEMARANG - Perkembangan terkhnologi yang semakin maju membuat banyak orang yang kurang mengetahui mengenai serangan siber yang menembus level data. Pasalnya, sampai saat ini pengamanan level data masih sangat minim.
"Pengamanan di jaringan saat ini bisa jadi sudah mencapai 80%. Tapi kalau untuk pengamanan di level data memang masih sangat minim, tidak sampai 5%,” ujar Koordinator Forum Keamanan Siber & Informasi, Gildas Deograt Lumy disela Seminar Nasional Keamanan Siber dan Informasi ‘Mengamankan Industri 4.0 Indonesia’ Rabu (24/10/2018).
Menurutnya, di era industri 4.0 menjadikan dunia nyata dan dunia maya tak lagi sekedar berjalan paralel, tapi melebur jadi satu. Banyak hal di dunia nyata akan dikendalikan melalui dunia maya. Berbagai sektor antara satu dengan yang lain juga semakin terkait.
“Seperti untuk memasuki tol, bila uang elektronik kita bermasalah, maka tidak bisa masuk. Dari sini saja, antara industri keuangan, transportasi dan pendukung lainnya ini saling terkait. Kemudian untuk desainer misalnya, mereka bisa mendesain di rumah dan tidak perlu kirim bentuk fisik ke perusahaan lain, tinggal kirim saja melalui internet,”ujarnya.
Hal tersebut karena, pertukaran data akan semakin banyak dilakukan. Sehingga dengan memasuki era ini, untuk pengamanan tak lagi hanya sebatas jaringan, tapi diharapkan juga harus lebih fokus pada pengamanan data.
“Untuk ponsel, misalnya. Ini kan barang yang kita bawa ke mana-mana tapi gampang hilang atau dicuri. Padahal banyak data-data di ponsel tersebut. Karena itu, di era 4.0 ini kita juga harus punya ‘brankas virtual’ untuk menyimpan data-data yang hanya kita saja yang bisa membuka,”ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, para arsitek keamanan siber harus benar-benar merubah pola pikir. Bagaimana mengembangkan infrastruktur pengamanan yang memungkinkan pengguna masih bisa tetap bertukar data dan dimanfaatkan dengan baik, tapi tidak dapat diretas.