Bisnis.com, JAKARTA — Kendati saat ini arus perkembangan industri mengarah pada revolusi digital, infrastruktur sebagai penyangga utama ekosistem digital tak boleh ditinggalkan. Perusahaan telekomunikasi juga harus memutuskan arah bisnisnya akan ke mana.
Executive Director ICT Institute Indonesia Heru Sutadi mengatakan industri telekomunikasi sebagai pemilik dan penyedia infrastruktur perlu diperhatikan.
“Kalau jaringan mati, kan [digital] mati juga,” katanya saat ditemui di sela-sela Musyawarah Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Menurutnya infrastruktur jadi pilar penting dari bisnis digital, meskipun fokusnya dibagi pada aspek lain misalnya aplikasi atau teknologi finansial. Industri juga harus berubah secara bisnis, tak lagi sekadar hanya pipa. Akan tetapi, dia melihat operator berbeda-beda terkait keputusan akan ekspansi ke bidang yang mana.
“Ada yang bilang mau fokus di pipa aja, selain voice dan SMS tapi juga ada fiber optic. Itu jadi infrastruktur juga. Ada juga yang menganggap kalo cuma fokus di infrastruktur akan berat, lalu terjun di fintech pembayaran, ikut e-commerce,” tutur Heru.
Senada dengan Heru, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia Kristiono mengtatakan di tengah industri revolusi digital saat ini titik berdiri ada pada infrastruktur digital.
“Perusahaan harus berpikir ulang untuk memutuskan apakah dia akan stay di infrastruktur atau dia memperluas cakupan bisnisnya menjadi digital company,” kata Kristiono pada acara yang sama.
Dia menambahkan pilihan tersebut akan selalu ada, bahkan perusahaan telko kelas dunia sekalipun belum ada yang memiliki model bisnis yang aman untuk saat ini. Menurutnya semua perusahaan masih berusaha mencari-cari pola mana yang kiranya sesuai dengan mereka.
“Semua tergantung dia punya sumber daya atau tidak, karena tanpa sumber daya akan kesulitan,” kata Kristiono.