Transaksi Royal Bank of Canada Dicatat dengan Blockchain, Apa Sih Blockchain?

Demis Rizky Gosta
Kamis, 28 September 2017 | 13:14 WIB
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Platform blockchain, teknologi yang mendasari transaksi lewat bitcoin, mulai diterapkan oleh bank konvensional. Royal Bank of Canada menerapkan blockchain dalam transaksi finansial antarcabang yang berlokasi di Amerika Serikat dan Kanada.

Vice President Royal Bank of Canada, Martin Wildberger, mengatakan penerapan teknologi buku besar yang terdistribusi atau distributed ledger technology (DLT), mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas, sekaligus menekan biaya.

RBC mengembangkan sistem DLT dalam 6 bulan terakhir di pusat teknologi milik bank tersebut di Toronto, Kanada. Peranti lunak yang digunakan adalah platform open-source berbasis blockchain yang dinamakan Hyperledger.

Teknologi blockchain diintegrasikan dengan sistem yang digunakan RBC saat ini sebagai ‘bayang-bayang’ dari buku besar utama RBC. Lewat penerapan sistem blockchain, Wildberger mengatakan RBC bisa memantau pembayaran antarcabang Amerika Serikat dan Kanada secara real-time.

‘Kami ingin menerapkannya sebagai ‘buku besar bayangan’ agar bisa mendemonstrasikan kepemimpinan kami dalam memanfaatkan teknologi sambil menunjukkan kami paham bahwa teknologi ini [blockchain] masih dalam tahap adopsi awal,” kata Wildberger seperti dikutip Reuters, Kamis (28/9/2017).

Platform blockchain muncul sebagai sistem yang mendasari bitcoin, mata uang sandi (crytpcurrency) yang memungkinkan transaksi secara cepat dan anonim secara elektronik. Sistem blockchain menggunakan buku besar yang digunakan bersama oleh jejaring komputer, tanpa sistem terpusat.

Prinsip dasar blockchain serupa dengan Google Docs. Pada arsip elektronik berbentuk teks yang lazim, seperti dokumen Words, proses penyuntingan harus dilakukan bergiliran. Teks yang sudah diketik dikirimkan ke pengguna lain untuk direvisi, lalu diteruskan ke pengguna berikut untuk direvisi kembali.

Pola ini juga digunakan oleh perbankan dalam proses pencatatan transaksi. Bank A mengunci akses atas pencatatan neraca bersama saat mereka melakukan transfer. Usai proses transfer, bank A mengubah neraca kemudian membuka kembali akses bersama.

Sistem blockchain lebih meyerupai penyuntingan naskah menggunakan Google Docs. Beberapa pengguna bisa mengubah naskah dalam bentuk Google Docs secara bersama. Perubahan versi dalam dokumen terus terpantau bersama dan dokumen tersebut tersimpan di tiap komputer pengguna.

Setiap versi baru dari dokumen dalam sistem blockchain, yang disebut sebagai block, memiliki jejak versi sebelumnya. Rentetan perubahan dalam dokumen disebut sebagai blockchain.

Artinya, setiap ada perubahan (dalam hal perbankan berarti tiap ada transaksi), blockchain semakin panjang dalam bentuk sebuah rantai yang terkait secara linear dan kronologis.

Investor, sejak kemunculan bitcoin pada 2009, telah menanamkan miliaran dolar untuk mengembangkan teknologi blockchain. Beberapa petinggi bank besar, menurut Reuters, menyatakan sistem blockchain bisa merevolusi sistem pembayaran dengan menekan kompleksitas dan menekan biaya proses di back-office bank.

“Banyak orang percaya blockchain akan berdampak transformatif dan penting. Pada saat yang sama, semua orang tahu ini masih dalam tahap-tahap awal,” kata Wildberger.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper