Bisnis.com, LOMBOK—Perkembangan digitalisasi dan penggunaan sistem informasi yang masif di Indonesia menjadi berkah bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa ICT, seperti Dimension Data Indonesia.
Hendra Lesmana, Presiden Director PT Dimension Data Indonesia, mengungkapkan kinerja bisnis perusahaan sejak 2015 hingga 2017 setiap tahun mampu tumbuh di atas 110%. Kinerja positif ini seiring dengan meningkatkan kebutuhan jasa ICT di dalam negeri.
“Klien-klien Dimension Data Indonesia dari berbagai industri. Tetapi mayoritas merupakan perbankan Asing sekitar 80%. Beberapa industri lain telekomunikasi dan manufacturing,” ujarnya, akhir pekan kemarin di Lombok.
Perusahaan, lanjutnya, saat ini tengah mengejar kontribusi pendapatan sebesar 10% pada 2020 melalui platform hybrid IT. Untuk itu, perusahaan baru saja menambah satu platform Dimension Data Cloud di Indonesia.
Optimisme perusahaan meraup keuntungan dari hybrid IT, seiring dengan mayoritas klien Indonesia yang mulai meminati menggunakan hybrid IT atau menyimpan data secara cloud. Beberapa diantaranya bahkan sedang bersiap-siap bermigrasi menggunakan hybrid IT.
“Kita punya keinginan agar bisa mendapatkan 10% dari platform hybrid IT pada 2020. Untuk mewujudkan itu, kami punya keahlian menjalankan operasi hybrid IT. Full management hybrid IT untuk klien-klien,” tuturnya.
Sektor ICT, tuturnya, merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangannya paling tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, Dimension Data terus memperkuat posisi untuk membantu klien-klien dari sektor finansial, telko dan lainnya.
Sejak 2012, lanjutnya, perusahaan menjalankan prinsip mengeluarkan investasi terlebih dahulu untuk meraih pendapatan dari suatu platform. Oleh karena itu, pada 2012 Dimension Data Cloud pertama dibangun bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri.
Adapun platform cloud kedua telah dibangun sejak 2015 dan digunakan oleh berbagai macam industri. Dimension Data Indonesia merupakan anak usaha dari Dimension Data yang berkantor pusat di Afrika Selatan.
Dimension Data sendiri dimiliki oleh Nippon Telegraph and Telephone (NTT Group), salah satu perusahaan ICT solutions terbesar di dunia. NTT Group menguasai 40% jaringan kabel optik bawah laut di seluruh dunia.