Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki) mengemukakan teknologi location analytics diprediksi akan menjadi tren dan banyak digunakan oleh pelaku bisnis berbagai sektor industri.
Ketua Umum Aspiluki, Djarot Subiantoro mengemukakan dewasa ini teknologi location analytics sangat dibutuhkan oleh seluruh pelaku bisnis untuk mempertajam analisa bisnis melalui komponen lokasi atau geografi yang akan menjadi target dalam menjalankan bisnisnya. "Lokasi atau geografi menjadi salah satu faktor atau unsur penting dalam analisa bisnis, menyangkut preferensi, efisiensi distribusi dan kedekatan dengan sumber daya tersebut," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Minggu (9/10).
Dia juga mengatakan secara historis penggunaan data analytics hanya sebatas pada data yang ada secara terstruktur atau sebatas pada data transaksi pelaku bisnis. Namun, menurut Djarot seiring dengan perjalanan waktu, pelaku kini dapat menggunakan teknologi tersebut untuk menganalisa profil dari calon pembeli.
"Teknologinya dulu sudah ada pakai GIS, sekarang adalah GPS dengan Google Earth menjadi lebih nyata.Contoh mau buka outlet, akan mendapatkan data trafik di suatu wilayah tertentu," katanya. Secara terpisah, pengamat teknologi informasi Heru Sutadi menjelaskan teknologi location analytics tersebut kini dapat diaplikasikan ke sejumlah aplikasi pencarian lokasi seperti Waze dan Google Maps.
Selain itu, teknologi tersebut dinilai juga dapat digunakan untuk pelaku e-commerce untuk mengetahui pola kebiasaan berbelanja konsumennya. "Jadi menurut saya, kalau dilihat trennya akan meningkat dan akan dipakai di banyak segi kehidupan seperti perdagangan, kesehatan dan pariwisata," tukasnya.
Sementara itu, CEO Esri Indonesia, A. Istamar mengemukakan perangkat analisis berbasis lokasi dewasa ini tengah menjadi tren dan banyak digunakan oleh berbagai jenis industri dalam menjalankan bisnisnya. Menurutnya, PT Telkom merupakan salah satu perusahaan yang sudah beralih menggunakan teknologi analisis berbasis lokasi sebagai salah satu upaya untuk menambah jumlah pelanggan IndiHome menjadi sebesar 4 juta pelanggan pada 2020 dari sebelumnya hanya sekitar 2 juta pelanggan di seluruh Indonesia.
"Perusahaan Telkom saat ini juga sudah beralih menggunakan teknologi analisis berbasis lokasi sebagai salah satu upaya mengembangkan bisnis yang dijalankan," tuturnya. Dia juga menjelaskan perangkat analisis berbasis lokasi yang digunakan oleh Telkom merupakan teknologi pemetaan level militer yang dikenal sebagai platform ArcGIS. Menurut Istamar, teknologi tersebut dinilai dapat mengintegrasikan data dari beragam sistem bisnis, melakukan analisis level tinggi dan menyuguhkan data siap guna dalam tampilan peta yang dinamis.
"Baik untuk merespon pertanyaan dari pelanggan, meningkatkan cakupan layanan data, atau meluncurkan produk dan layanan terbaru, lokasi adalah inti dari rangkaian kegiatan yang dilakukan industri telekomunikasi," katanya.
Dia juga mengatakan teknologi tersebut dinilai dapat memberikan penggunanya visualisasi yang akurat dan jelas seperti data lokasi dan demografi pelanggan, termasuk tren pasar dan lokasi yang ada pada perangkat seperti Optical Distribution Points (ODP).
"Jadi para pengambil keputusan di perusahaan memiliki informasi yang jauh lebih jelas mengenai distribusi pelanggan dan luas cakupan layanan jaringan mereka," katanya. Menurut Istamar, tidak hanya Telkom, tetapi juga beberapa perusahaan global terkemuka, seperti Petronas, Starbucks, Wendy’s, Pertamina EP, dan Bank of America, juga menggunakan teknologi tersebut untuk menumbuhkan basis pelanggan dan meningkatkan profitabilitas usaha perusahaan tersebut.
“Dengan Telkom yang kini juga mendayagunakan teknologi yang terbukti menggerakkan perusahaan-perusahaan terbaik di dunia ini, tim implementasi yakin mereka dapat memaksimalkan teknologi ini dan membawa layanan dan kinerja bisnis Telkom ke level selanjutnya,” ujarnya.