INDEKS KONEKTIVITAS GLOBAL: Indonesia Naik Dua Peringkat

Gita Arwana Cakti
Rabu, 13 April 2016 | 11:05 WIB
Indonesia menempati urutan ke-41 dalam Global Connectivity Index (GCI) 2016 /Ilustrasi
Indonesia menempati urutan ke-41 dalam Global Connectivity Index (GCI) 2016 /Ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, SHENZHEN – Peringkat Indonesia terkait konektivitas naik dua posisi pada tahun ini.

Berdasarkan hasil penelitian Global Connectivity Index (GCI) 2016, Indonesia menempati urutan ke-41 dari 50 negara yang disurvei. Peringkat tersebut naik dua posisi dibandingkan dengan tahun lalu.

“Dengan pendapatan per kapita sebesar US$3.423 dan skor indeks di level 32, Indonesia menempati urutan ke-41 dalam daftar kami,” tulis riset yang diterima Bisnis tersebut.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh peluncuran pita lebar sehingga mempengaruhi pengembangan pusat data.

Director of the Board, Chief Strategy Marketing Officer Huawei William Xu mengatakan saat ini indeks konektivitas global naik dua poin atau 5% dibandingkan dengan tahun lalu.

“Saat ini digitalisasi global sedang berkembang pesat sehingga meningkatkan efisiensi dan pengalaman pengguna dalam berabagi aspek, termasuk industri vertikal, pelayanan masyarakat, dan lainnya,” paparnya dalam Huawei Analyst Summit 2016, Selasa (12/4/2016).

Lebih lanjut dia menjelaskan dalam indeks GCI terdiri dari tiga klaster yakni starter dengan rata-rata pendapatan per kapita US$3.000 dan  indeks skor GCI di rentang 20-34.

Untuk tahap starter, negara ini masih berada pada tahap awal pengembangan infrastruktur ICT. Fokus mereka untuk meningkatkan pasokan ICT untuk memberikan akses lebih kepada banyak orang terhadap dunia digital.

“Contoh negara di kelas starter adalah Indonesia, India, Venezuela, dan Kenya,” ungkapnya.

Selanjutnya adalah adopters dengan rata-rata pendapatan per kapita US$15.000 dan indeks skor GCI di rentang 35-55.

Fokus negara di tingkat ini adalah meningkatkan permintaan ICT untuk memfasilitasi digitalisasi industri dan pertumbuhan ekonommi dengan kualitas tinggi.

Contoh negara yang masuk dalam tingkat adopters adalah China, Qatar, Afrika Selatan, dan Rusia.

Klaster tertinggi adalah frontrunners dengan rata-rata pendapatan per kapita US$50.000 dan indeks skor GCI di rentang 56-85.

“Contoh negara dalam  kategori ini adalah Amerika, Inggris, dan Singapura,” tambahnya.

Adapun GCI merupakan indeks yang mengukur perkembangan investasi dan penyebaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk mewujudkan digitalisasi ekonomi di 50 negara.

Indikator itu dilihat dari ketersediaan, permintaan, pengalaman, dan potensi dari lima enabler teknologi yakni pita lebar, pusat data, cloud, big data, dan IoT.

Hasil penelitian menunjukkan investasi dalam infrastruktur digital berkaitan erat dengan pendapatan domestik bruto karena infrastruktur digital meningkatkan dinamika ekonomi, efisiensi, dan poduktivitas.

Untuk ini huawei akan lanjutkan kerjasama dengan peruahaan konsutlan, pengembang aplikasi, integrator sistem dan mitra chanel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper