Menristek Ingin Peneliti Tak Dibebani Laporan Pertanggung-jawabab

Newswire
Selasa, 8 Maret 2016 | 06:40 WIB
Menristekdikti Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir/Antara
Menristekdikti Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir/Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menginginkan para peneliti perguruan tinggi tidak lagi dibebani oleh laporan pertanggungjawaban atas riset yang mereka lakukan agar fokus pada inovasi riset yang dikembangkan.

"Riset yang selama ini dilakukan perguruan tinggi biasanya memakan biaya Rp50 juta - 100 juta. Tetapi yang dipertanggungjawabkan bukan risetnya, melainkan pertanggungjawaban keuangan berapa biaya perjalanan dinasnya, honorarium. Ini yang merepotkan para peneliti," katanya seusai penandatanganan kontrak Inovasi Perguruan Tinggi di Industri di Jakarta, Senin (7/3/2016).

Menteri Nasir mengatakan peneliti sudah sibuk melakukan riset dan tidak perlu disibukkan dengan adanya beban pertanggungjawaban adminitrasi yang membuat mereka lebih sibuk.

Menurutnya, laporan pertanggungjawaban keuangan bagi peneliti memang tidak terlalu rumit, namun kenyataanya banyak peneliti yang kerepotan mengurus proses administrasi ini.

Oleh karena itu, Kemenristekdikti pun selanjutnya akan bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Kementerian Keuangan untuk memudahkan dan mengenal aktivitas riset. "Secara informal saya sudah membicarakan dan Menteri Keuangan merespons positif. Kerja sama LKPP untuk mengenal bagaimana sistem pembiayaan riset," ujar Nasir.

Adapun beberapa komponen pembiayaan riset meliputi manuskrip, publikasi pada jurnal nasional dan internasional, prototipe dan inovasi hasil riset tersebut.

Kemenristekdikti tengah mendorong tujuh bidang riset yang dikembangkan berbasis inovasi dan industri, yakni pangan dan pertanian terutama pada teknologi pangan, bidang kesehatan dan obat obatan, informasi teknologi komunikasi, teknologi transportasi, nano teknologi, bidang teknologi pertahanan dan energi terbarukan plus satu bidang energi kemaritiman guna mendukung Nawa Cita Presiden.

Pada 2016, Kemristekdikti telah membiayai tujuh proposal inovasi hasil riset dari enam universitas, yakni "Start Up" Industri Benih Padi 3s yang diajukan oleh IPB, Hilirisasi Produk-produk Alat Kesehatan Unggulan oleh UGM dengan kerja sama beberapa PT yang bergerak di bidang kesehatan, Pengembangan dan Produksi Radar Nasional oleh ITB Bandung dan Teknologi Unggulan Produksi Biodisel, UI.

Produk selanjutnya adalah "Base Stasion" dan Smatphone 4G oleh ITB Bandung, Pengembangan Industri Pembibitan Sapi Lokal Berbabis Iptek dari Universitas Hasanuddin, serta Konsep Inovasi Desain "Fish Carrier" oleh ITS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper