Bisnis.com, JAKARTA - Ratusan juta pengguna WhatsApp jelas gembira dengan pengumuman terbaru pada 18 Januari lalu: layanan pesan instan yang tadinya berbayar tersebut sekarang resmi menjadi menjadi layanan gratis.
Salah satu alasannya adalah kesulitan banyak penggunanya untuk membayar: tidak semua pemilik ponsel memiliki kartu debit atau kartu kredit buat membayar jasa WhatsApp.
Namun dalam posting blog tersebut, WhatsApp menyiratkan bahwa anak perusahaan Facebook tersebut telah menemukan model bisnis baru, sehingga pembayaran dari penggunanya tidak diperlukan lagi.
WhatsApp menyebutkan bahwa mulai tahun ini, WhatsApp “akan menguji alat-alat yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dengan bisnis dan organisasi yang Anda inginkan.”
Ini misalnya berarti komunikasi dengan bank tentang masalah transaksi, atau dengan maskapai penerbangan tentang. Pada saat ini komunikasi tersebut dilakukan lewat SMS atau telepon.
Namun WhatsApp tampaknya berambisi untuk menggantikan kedua jenis layanan tersebut, atau paling tidak menjadikan dirinya sebagai alternatif. Belum jelas bagaimana persisnya rencana WhatsApp untuk memperoleh pendapatan dari layanan chatnya ini.
Yang menarik buat melihat apa yang sudah dilakukan beberapa layanan serupa, termasuk layanan dari induk WhatsApp sendiri, Facebook. Melalui aplikasi Messenger, Facebook beberapa waktu yang lalu sudah mulai menguji fitur asisten pribadi di layanan pesan instan yang terintegrasi dengan jejaring sosial tersebut.
Selain itu Facebook juga sudah menambahkan fitur pengiriman uang dan permainan.
Yang menarik dari usaha Facebook ketika menambahkan fitur asisten pribadi adalah kemampuan untuk melakukan hal-hal seperti memesan makanan atau tiket bioskop.
Pada saat ini kemampuan asisten pribadi Facebook baru bisa dilakukan oleh kalangan terbatas, dan berupa layanan dari pihak pertama. Namun kiranya terbuka kemungkinan untuk integrasi layanan pihak ketiga.
Integrasi layanan pihak ketiga inilah yang dilakukan oleh Slack, aplikasi kolaborasi yang pada dasarnya juga berbentuk aplikasi percakapan (chat) dalam grup.
Beberapa integrasi yang tersedia pada Slack berbentuk integrasi dengan alat seperti Trello, Dropbox, dan Google Documents, yang pada dasarnya adalah kemampuan mengakses dokumen di layanan luar.
Dan, yang lebih menariknya, Slack juga menyediakan kemampuan untuk mengakses layanan pihak ketiga dalam bentuk chat, seperti bot obrolan (chatbot).
Meskipun Telegram sampai saat ini belum menampakkan tanda-tanda untuk mengkomersialisasi layanan pihak ketiga, aplikasi pesan instan ini juga sudah menyediakan fitur untuk integrasi tambahan, yang juga berbentuk chatbot.
Chatbot ini bisa digunakan antara lain untuk mengakses berbagai informasi dari luar Telegram, seperti ramalan cuaca, Wikipedia, dan sebagainya. Baik Messenger, Slack, maupun Telegram belum menjadikan integrasi pihak ketiga ini sebagai sumber pendapatan utama.
Slack misalnya masih membidik penggunaan di korporasi, sedangkan Telegram menyatakan diri sebagai layanan nirlaba. Tampaknya WhatsApp adalah yang pertama kalinya memfokuskan diri ke integrasi pihak ketiga. Mungkin inilah masa depan layanan pesan instan: sebagai dasar untuk layanan dan aplikasi lain. (k8)