Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia Telecommunications Users Group (IDTUG) mengharapakan pemerintah segera melakukan kajian ulang perhitungan tarif interkoneksi. Sekretaris Jenderal Muhamad Jumadi mengemukakan tingginya tarif interkoneksi para operator dirasa akan membebani pengguna melalui tarif off net yang mahal.
“GAP antara tarif on net dan off net menyebabkan tingginya churn rate di masing-masing operator,” ujarnya di Jakarta, Jumat (10/7).
Dia menambahkan jika operator dapat lebih efisien, maka diharapkan juga dapat mempercepat pemerataan pembangunan fasilitas telekomunikasi. Di samping itu, diharapkan perhitungan yang tengah digodok saat ini dapat menurunkan tarif off net sehingga pelanggan akan menikmati tarif yang lebih murah.
Tarif interkoneksi merupakan tarif antar-operator ketika melakukan panggilan telepon yang mengacu kepada hasil perhitungan biaya interkoneksi pemerintah, termasuk keuntungan bagi operator.
Tarif interkoneksi ini muncul karena setiap pelanggan operator biasanya melakukan komunikasi dengan pelanggan operator lainnya di jaringan operator yang berbeda (off net). Aktvitas ini diartikan pelanggan selain menggunakan operator asal juga akan menggunakan jaringan operator awal agar tersambung dengan pelanggan operator tujuan.
Tarif tersebut yang oleh beberapa pihak termasuk beberapa operator diharapkan dapat turun. Sebelumnya, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengharapkan adanya penurunan tarif ritel sebagai bagian dari skema tarif interkoneksi sehingga berdampak pada penurunan tarif pelanggan.