Frost and Sullivan: Ini Tren Perkembangan komputasi awan di Asia Pasifik

Agnes Savithri
Senin, 18 Mei 2015 | 21:10 WIB
Masalah keamanan dan privasi masih menjadi sorotan utama. /Bisnis.com
Masalah keamanan dan privasi masih menjadi sorotan utama. /Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga konsultasi Frost and Sullivan bekerja sama dengan perusahaan penyedia infrastruktur IT F5 Networks melakukan riset terkait tren dan pengembangan pemanfaatan solusi teknologi informasi berbasis komputasi awan oleh perusahaan di wilayah Asia Pasifik.

Laporan studi yang berjudul The New Language of Cloud Computing mengungkapkan terjadinya peningkatan fokus dan usaha enterprise di wilayah Asia Pasifik terkait adopsi komputasi awan.

Riset menunjukkan 58,6% para pengambil keputusan dalam perusahaan mengindentifikasi cloud sebagai prioritas utama dalam pengembangan infrastruktur IT dalam 1 tahun ke depan.

Di samping itu, 47,4% enterprise akan melengkapi fungsionalitas sistem IT mereka dengan layanan cloud dan 24,9% akan menambahkan fungsionalitas baru ke dalam sistem mereka.

Senior Vice President F5 Networks Asia Pacific Emmanuel Bonnassie mengungkapkan hasil riset tersebut menunjukkan banyaknya enterprise yang merasakan pentingnya komputasi awan dalam infrastruktur IT sebuah perusahaan.

“Semakin banyak enterprise yang sudah atau dalam proses penerapan komputasi awan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sudah mengakui manfaatnya,” ungkap Bonnassie dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com

Bonnassie dan pihaknya melihat selama enam bulan terakhir ini tren perusahaan memanfaatkan kelebihan ekosistem hybrid IT dalam penyediaan cloud. Perusahaan mencari sistem cloud yang fleksibel namun mampu mempertahanan keamanan, kontrol dan visibilitas.

Namun, Bonnassie menekankan dalam mengoptimalkan pemanfaatan infratsruktur hybrid, perusahaan harus menghilangkan pembatasan pergerakan IT perusahaan. Pembatasan ini terkait aplikasi dan layanan pendukung harus dipisahkan dari infrastruktur sehingga bisa diatur provisinya walaupun terletak dalam lingkungan hybrid.

Studi ini menunjukkan pula pemahaman terkait manfaat layanan cloud yakni tidak sekadar penghematan biaya melainkan mendorong inovasi model bisnis dan eksperimen tanpa meningkatkan capital expenditure (capex) atau risiko lainnya.

Tiga dari empat pengambil keputusan di perusahaan setuju bahwa layanan cloud merupakan solusi untuk mempercepat waktu time to market dan meningkatkan daya saing. Sementara itu, 70% pengusaha setuju bahwa komputasi cloud adalah menjadi salah satu komponen penting dalam strategi transformasi bisnis.

Selain itu, hasil riset mengidentifikasi empat faktor utama yang mempengaruhi pemanfaatan dan tren komputasi awan. Pertama, semakin banyaknya beban kerja dalam sistem IT perusahaan dialihdayakan ke cloud, termasuk beban kerja aplikasi seperti Enterprise Resource Planning (ERP) dan keamanan.

Kedua, peningkatan peran para pemimpin non-IT dalam perencanaan serta pemanfaatan teknologi cloud di perusahaan.

Ketiga, diskusi terkait pemanfaatan cloud tidak lagi berorientasi pada bisnis, namun kepada pelanggan.

Keempat, masalah keamanan dan privasi masih menjadi sorotan utama dalam sistem cloud, 68% respoden mengidentifikasi keamanan sebagai halangan utama bagi perusahaan dalam menerapkan layanan cloud. []

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agnes Savithri
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper