Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

SUMMIT ASIA AFRIKA: Jack Ma Belum Konfirmasi Datang ke Bandung

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara belum berhasil melobi bos Alibaba, Jack Ma, untuk hadir dalam Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 di Bandung, 22-23 April 2015.
Samdysara Saragih
Samdysara Saragih - Bisnis.com 21 April 2015  |  12:23 WIB
SUMMIT ASIA AFRIKA: Jack Ma Belum Konfirmasi Datang ke Bandung
Jack Ma - Reuters

Bisnis.com, JAKARTA– Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara belum berhasil melobi bos Alibaba, Jack Ma, untuk hadir dalam Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 di Bandung, 22-23 April 2015.

“Jack Ma belum konfirmasi. Menkominfo masih berusaha tapi sulit kayaknya,” ungkap Ketua Panitia AASCS 2015 Suhono Harso Supangkat kepada Bisnis.com via pesan singkat, Selasa (21/4/2015).

Jack Ma dijadwalkan menjadi pembicara kunci pada konferensi kota cerdas pertama di dunia itu. Selain dia, hadir juga para pemimpin kota dari negara-negara Asia dan Afrika.

Dari Indonesia akan datang Wali Kota Bogor Bima Arya, Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, dan sang tuan rumah, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

AASCS 2015 diadakan di sela-sela acara peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Adapun penyelenggara even tersebut adalah Pemerintah Kota Bandung bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Suhono mengatakan selain wali kota, acara tersebut akan dihadiri para praktisi industri telematika seperti IBM, ZTE, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Di acara tersebut, kata dia, para wali kota akan bertukar cerita mengenai tantangan dan solusi ketika mengimplementasikan kota cerdas di wilayah mereka.

Suhono menuturkan saat ini negara-negara di kawasan Asia dan Afrika sama-sama menghadapi masalah kompleksitas perkotaan. Pada 1955, ketika KAA digelar, populasi urban baru 30% dari jumlah penduduk, sementara saat ini sudah menyentuh angka 55%.

“Namun, sumber daya yang ada dengan sumber daya yang dibutuhkan jomplang sehingga kita perlu mencari solusinya,” kata penggagas kota cerdas di Indonesia ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor : Linda Teti Silitonga

Terpopuler

back to top To top