Data Membengkak, Solusi Software Lebih Cocok

Galih Kurniawan
Kamis, 12 September 2013 | 21:12 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Solusi software dianggap sebagai strategi yang tepat untuk mengatasi kebutuhan media penyimpanan (storage) yang semakin besar di kalangan perusahaan.

“Tidak harus selalu membeli storage baru tapi bisa juga dengan software yang lebih baik,” ujar Country Manager System Technology Group IBM Indonesia Gunawan Susanto di Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Software semacam itu, katanya, dapat meningkatkan efisiensi penyimpanan lantaran kompresi file dapat dilakukan lebih besar. Menurutnya strategi tersebut dapat memangkas biaya bagi kalangan enterprise dan small medium enterprise (SME).

“Tapi harus dilihat kebutuhannya dahulu, kalau mempertimbangkan performa tentu penggabungan kedua solusi itu [hardware dan software] lebih bagus,” imbuhnya.

Dia menyebutkan perusahaan baik dengan skala enterprise maupun SME saat ini sudah mulai memahami manfaat big data untuk menunjang bisnis mereka. Kondisi itu pun memicu membengkaknya kebutuhan kapasitas penyimpanan.

“Kalau harus membeli hardware terbaru biaya jadi besar, perusahaan harus bisa menyeimbangkan,” kata Gunawan.

Head of IDC Indonesia Operation Sudev Bangah mengatakan pada 2015 mendatang implementasi layanan jasa TI di kalangan perusahaan Indonesia semakin besar. Dampak dari berbagai layanan seperti cloud computing dan lainnya dapat dirasakan secara langsung oleh perusahan tersebut.

Bangah memperkirakan 2 tahun mendatang para perusahaan berskala SME pun bakal banyak mengimplementasikan layanan semacam itu. “Mereka sudah paham teknologinya, adopsinya semakin cepat,” katanya.

Lembaga riset IDC memperkirakan belanja TI di Indonesia tahun ini akan mencapai US$14,7 miliar. Sebanyak 91% dari belanja tersebut dialokasikan untuk membeli hardware. Dari total belanja hardware tersebut sebanyak 8% hingga 10% digunakan untuk belanja server dan storage.

Bangah mengatakan sekitar satu sepertiga dari total belanja TI itu dilakukan oleh sektor consumer. Tak heran perangkat seperti personal computer, scanner, printer dan ponsel masih mendominasi. “Mereka biasanya first time buyer,” imbuhnya.

Meski begitu IDC memperkirakan alokasi untuk sektor jasa IT bakal tumbuh pesat dalam 5 tahun mendatang. Pertumbuhannya mencapai 20% dalam satu tahun. Dia menyebutkan 5 tahun mendatang porsi pembelian jasa bakal mencapai 10% dari total belanja TI di Indonesia.

Menurutnya saat ini banyak perusahaan hardware mulai menyediakan layanan jasa TI secara masif. “IBM misalnya tidak hanya jualan storage tapi juga layanan.”

IDC memperkirakan pasar teknologi dan layanan big data di seluruh akan berkembang dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 31,7% dengan pendapatan mencapai US$28,8 miliar hingga 2016.

Di tingkat Asean pemain besar seperti IBM, EMC dan Symantec menguasai 80% segmen software storage sepanjang 2012. Total pasar software storage di Asia Pasifik kecuali Jepang diprediksi bakal mencapai US$1,7 miliar pada 2017 dengan CAGR sebesar 8,8%.

Adapun pembeli software storage terbesar adalah sektor perbankan, pemerintah dan media. IDC menyebutkan fokus utama perusahaan ke depan adalah pengurangan anggaran, biaya dan kapasitas penyimpanan serta optimalisasi kinerja dan kapasitas. Hal itu memicu peningkatan permintaan pada automated tiering, deduplikasi, kompresi dan thin provisioning.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Galih Kurniawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper