Bisnis.com, NEW YORK - Ilmuwan Amerika Serikat pada Selasa (27/8/2013) mengungkapkan mereka untuk pertama kalinya berhasil menyatukan dua pikiran, dengan seorang peneliti mengirimkan sinyal otak melalui Internet untuk mengontrol gerakan tangan peneliti lain di tempat yang berbeda.
Tujuan utama dari penelitian tersebut adalah untuk membantu pasien lumpuh mendapatkan kekuatan untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Di sisi lain, beberapa kritikus mengkhawatirkan penggunaan lain yang lebih kontroversial.
Pada Februari lalu, tim ilmuwan berbeda yang dipimpin oleh Miguel Nicolelis dari Universitas Medical Center Duke menggunakan sensor elektronik untuk menangkap pikiran sebuah tikus di Brasil dan mengirimkan sensor tersebut ke tikus lain di AS. Tikus kedua itu berhasil meniru gerakan tikus pertama.
Selain itu, aktivitas elektronik dalam otak kera di Duke, North Carolina, baru-baru ini dikirim lewat Internet untuk mengontrol gerakan robot tangan di Jepang.
Keberhasilan tersebut memunculkan kekhawatiran tentang munculnya batalion pasukan binatang--atau bahkan manusia--yang otaknya dikontrol oleh orang lain dari jarak jauh. Beberapa penelitian Universitas Duke menerima dana dari badan Pentagon bernama Defense Advanced Research Projects Agency.
Penelitian yang diungkap oleh peneliti Universitas Washington itu didanai oleh US Army Reasearch Office dan beberapa badan negara non-militer lain.
Dalam penelitian tersebut, profesor Universitas Washington Rajesh Rao duduk di hadapan layar komputer dan memainkan video game sederhana dalam otaknya. Dalam sebuah momen, dia membayangkan menggerakkan tangan kanannya untuk menembakkan meriam.
Elektroda EEG kemudian mengambil sinyal "tembakkan meriam!" dari Rajesh Rao dan mentransmisikannya ke bagian lain kampus Universitas Washigton.
Pada bagian lain itu, duduk Andrea Stocco. Saat menerima sinyal "tembakkan meriam!", Stocco secara tidak sengaja menggerakkan tangan kanannya untuk memencet tombol spasi di keyboard (tombol yang berfungsi menembakkan meriam dalam permainan video game).
"Adalah hal yang sangat menarik sekaligus mengerikan saat mengetahui bahwa tindakan yang saya bayangkan dalam otak dapat diterjemahkan ke dalam tindakan yang nyata oleh orang lain," kata Rao.
Rao sendiri mengatakan bahwa penyatuan pikiran tersebut hanya dapat membaca sinyal otak sederhana, bukan pikiran-pikiran kompleks. Penyatuan tersebut juga tidak dapat digunakan tanpa sepengetahuan orang yang menerima sinyal.
Namun dia yakin penelitian tersebut dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga seorang pilot yang tidak bertugas dapat mendaratkan pesawat yang kehilangan pengemudi.
Penelitian Rao sampai saat ini belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, hal itu diakui oleh juru bicara Universitas Washington Doree Armstrong sebagai sesuatu "yang tidak biasa".
Namun, dia mengatakan bahwa video eksperimen Rajesh Rao dan Andrea Stocco sudah dapat membuktikan pencapaian penelitian dengan sendirinya.
Foto: University of Washington