BISNIS.COM, JAKARTA -- Peningkatan penetrasi perangkat mobile khususnya ponsel pintar dan tablet di Indonesia mau tak mau memicu perusahaan untuk menerapkan strategi mobilitas. Apalagi, strategi mobilitas perusahaan diyakini mampu meningkatkan pendapatan.
Senior Product Marketing Manager Symantec Asia Pasifik Marrie Petterson menyebutkan salah satu isu teknologi yang tengah berkembang tak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia adalah mobilitas. Semakin banyak perusahaan memandang mobilitas sebagai alat yang mampu memompa produktivitas.
Berdasarkan riset yang dilakukan Symantec pada tahun lalu terhadap 100 perusahaan di Indonesia, sebanyak 42% perusahaan yang telah menerapkan strategi mobilitas mengalami pertumbuhan pendapatan, sementara 38% perusahaan mampu meningkatkan laba perusahaan.
Perusahaan yang menjadi responden survei terbagi dalam dua kategori yakni inovator dan tradisional. Perusahaan yang disurvei berasal dari perusahaan besar dan usaha kecil menengah dan berbagai sektor. Inovator merupakan perusahaa yang siap menjalankan strategi mobilitas, sementara tradisional adalah perusahaan yang msih enggan menerapkannya.
"Perusahaan inovator biasanya menerapkan strategi mobiitas atas dasar ingin meningkatkan pertumbuhan bisnis mereka yakni 83%, sementara perusahaan tradisional bisa jadi menerapkan strategi mobilitas atas dasar permintaan karyawan mereka sebesar 85%," ujar Petterson, di sela-sela State of Mobility Indonesia Enterprise Results 2013, Rabu (10/4/2013).
Lebih lanjut, Petterson menuturkan perbedaan dalam sikap dan hasil yang diperoleh perusahaan yang secara aktif menjalankan bisnis dengan strategi mobilitas dan perusahaan yang masih enggan cukup signifikan. Di antara perusahaan inovator, sebanyak 55% berpendapat manfaat strategi mobilitas lebih banyak dibandingkan risiko yang akan muncul.
Ada tiga keuntungan yang dikemukakan perusahaan inovator setelah menerapkan strategi mobilitas. Pertama, meningkatkan produktivitas, kecepatan, dan ketepatan perusahaan. Kedua, peningkatan citra, dan kepuasan konsumen. Ketiga, peningkatan kepuasan karyawan dan nilai rekrutmen. Hal tersebut tergambar pada jumlah karyawan perusahaan inovator 50% lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan tradisional.