SISTEM OPERASI KOMPUTER: Percayalah, Linux Lokal Tak Kalah Andal

Yoseph Pencawan
Minggu, 31 Maret 2013 | 19:49 WIB
Bagikan

Sistem operasi open source semakin diakui keandalannya. Belum lama ini pemerintah China resmi menggandeng perusahaan pembuat Ubuntu, Canonical, untuk menyediakan sistem operasi standar yang dapat digunakan luas di Negeri Tirai Bambu itu.

Versi pertama sistem operasi berbasis Linux yang diberi nama Ubuntu Kylin itu akan dirilis April tahun ini.

Penggunaan Ubuntu Kylin merupakan bagian dari kebijakan lima tahun pemerintah China untuk mempromosikan dan menumbuhkan software open source di negaranya. Bagaimana dengan Indonesia?

“Sebenarnya apa yang dilakukan China itu sudah dilakukan Indonesia saat meluncurkan sistem operasi WinBi sekitar 2001,” ujar pegiat open source dari Universitas Gunadarma, I Made Wiryana kepada Bisnis pekan lalu.

Dia mengatakan sistem operasi tersebut sudah menggunakan Bahasa Indonesia dan dikembangkan berbasis Linux. Sayang, kini sistem operasi itu sudah tidak dikembangkan lagi lantaran maintenance kurang.

Meski begitu, kata dia, kode program (source code) sistem operasi tersebut telah diadopsi sejumlah Linux lokal lain. “Ada Rimbalinux, Linux Merdeka, BlankOn, IGOS Nusantara dan lainnya,” imbuh pria yang mengelola situs kepresidenan RI itu.

BlankOn dan IGOS Nusantara belakangan terus berkembang di Indonesia lantaran didukung komunitas. Bahkan pada 27 Februari lalu versi terbaru IGOS Nusantara diluncurkan.

Pengembangannya dilakukan oleh Pusat Penelitian Informatika LIPI dibantu pengembang dari komunitas open source di Indonesia.

Menurut Wiryana hal itu adalah keunggulan sistem operasi open source dibanding proprietary. Meski telah discontinued, namun source code-nya masih bermanfaat untuk pengembangan sistem operasi lain.

Pernyataan Wiryana ternyata sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar biologi komputasi dari Brookhaven National Laboratory Sergei Maslov dan mahasiswa Stony Brook University Tin Yau Pang.

Mereka membandingkan frekuensi “bertahan hidup” dari dua komponen yakni genom bakteri dan sistem operasi komputer Linux.

Dalam penelitian yang dipublikasikan melalui Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences itu diungkap adanya kesamaan antara kedua komponen itu.

Sistem bakteri dapat dengan mudah menambah maupun menghapus gen dari genom mereka, mirip seperti sistem berbagi file dalam dunia komputer.

Sama halnya dengan Linux di mana pengguna bebas meng-install dan berbagi komponen (source code), berbeda dengan sistem operasi proprietary.

Penemuan itu berlaku untuk kedua sistem tersebut lantaran sama-sama berstatus "terbuka" di mana masing-masing komponen ter-install secara independen.

Hal yang dianggap menjadi kendala Linux di Indonesia justru adalah kesadaran pemanfaatannya.

Menurut Wiryana pemerintah sudah memberikan keleluasaan untuk pemanfaatan software open source melalui Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara RI SE/01/M.PAN/3/2009 tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS).

Dalam surat edaran yang dikeluarkan pada 30 maret 2009 itu disebutkan instansi pemerintah pusat dan daerah diminta mengecek perangkat lunak yang digunakan di instansinya.

Perangkat lunak ilegal diminta dihapus dan menggantinya dengan free software open source. Hal itu dilakukan untuk mengindari terganggunya pelayanan publik akibat pelanggaran UU No.19/2002 tentang Hak Cipta.

“Jadi sebenarnya tidak bisa serta merta menyalahkan pemerintah karena mereka sudah punya anjuran itu. Justru dunia pendidikan sekarang tak sedikit yang masih mengajarkan proprietary, mereka juga harus berubah,” ujar Wiryana mengomentari kendala pemanfaatan Linux di Indonesia.(39/yop)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : Others
Sumber : Galih Kurniawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper