Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian besar tenaga kesehatan dan pasien di Indonesia menyatakan keyakinan yang kuat terhadap potensi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam meningkatkan layanan kesehatan, menurut survei Future Health Index terbaru.
Philips, perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi kesehatan, mengungkap 84% tenaga kesehatan, dan 74% pasien menganggap AI dapat meningkatkan layanan kesehatan.
Peningkatan layanan kesehatan yang dimaksud dapat berupa intervensi dini untuk menyelamatkan nyawa dengan analitik prediktif berbasis AI, dan juga teknologi digital yang akan membantu mengurangi rawat inap di masa mendatang.
“Kepercayaan jadi kunci untuk Indonesia bisa segera mengadopsi AI dalam pelayanan kesehatan. Tidak lupa dengan tetap mengutamakan human touch,” kata Presiden Direktur Philips Indonesia, Astri R. Dharmawan di Jakarta, Rabu (23/07/25).
Astri juga mengatakan pemanfaatan AI dalam bidang kesehatan merupakan perjalanan panjang, yang memerlukan sinergi dari seluruh ekosistem pelayanan kesehatan. Lebih jelasnya, sinergi tersebut berupa kolaborasi antara rumah sakit milik negara dan swasta dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai pengatur regulasi.
Namun, dibalik optimisme tersebut, terdapat banyak kendala yang masih menghinggapi ranah kesehatan di Indonesia, utamanya soal peningkatan permintaan sistem kesehatan yang sayangnya tidak diimbangi jumlah tenaga medis spesialis yang tersedia.
Kebutuhan dokter spesialis nasional ada di angka 29.000, sedangkan per tahun, Indonesia hanya mencetak sekitar 2.700 dokter spesialis.
Kekurangan tersebut berdampak pada waktu tunggu yang lama untuk bertemu spesialis, keterlambatan mendapatkan perawatan umum, bahkan yang lebih kritis, dapat menyebabkan kondisi pasien memburuk akibat terlambat mengakses layanan kesehatan.
Pasien juga mengkhawatirkan, adopsi AI malah akan mengurangi interaksi tatap muka dengan dokter, dan juga masalah privasi data. Sebagian besar dari mereka juga merasa lebih nyaman mendengar informasi kesehatan melalui media sosial dibanding tenaga kesehatan profesional.
“Penting untuk pasien dan juga tenaga kesehatan untuk membuka kepercayaannya terhadap AI. Untuk itu, Philips berkontribusi dalam training dan development program agar dapat menyediakan pengalaman layanan AI kesehatan yang baik untuk semua,” Jelas Presiden Direktur Philips terkait usaha perusahaannya meningkatkan kepercayaan.
Selain aspek kepercayaan, adaptasi juga menjadi aspek penting dalam adopsi AI dalam layanan kesehatan Indonesia, menurut Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Iwan Dakota.
“Belum tentu semua alat AI akan cocok di Indonesia, karena mungkin alatnya berasal dari luar negeri, sementara itu, ada karakteristik orang Asia dan Barat yang berbeda, sehingga teknologi AI butuh diadaptasi sesuai karakteristik kita,” Kata Iwan menjelaskan adaptasi apa yang dimaksud. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)