Bisnis.com, JAKARTA – Gugatan yang dilayangkan oleh maskapai penerbangan Delta Airlines kepada CrowdStrike memasuki babak baru. Dalam informasi terbarunya, gugatan tersebut mendapat lampu hijau dari hakim negara bagian Georgia.
Melansir Reuters, Hakim Kelly Lee Ellerbe dari Pengadilan Tinggi Fulton County menyepakati adanya kelalaian yang dilakukan oleh CrowdStrike hingga mengakibatkan pembatalan pada 7.000 penerbangan pada Juli 2024.
CrowdStrike adalah perusahaan teknologi keamanan siber Amerika yang menawarkan solusi keamanan titik akhir (endpoint security), intelijen ancaman, dan layanan respons serangan siber.
Perusahaan ini berbasis cloud dan menggunakan sensor ringan yang hampir tidak terlihat oleh pengguna untuk melindungi sistem dari ancaman online.
Sejalan dengan hal itu, Hakim Kelly Lee meminta Delta Airlines untuk dapat menghadirkan bukti lanjutan terkait kelalaian CrowdStrike yang digugat bertanggung jawab atas pembaruan perangkat lunak Falcon yang berdampak pada gangguan jutaan komputer berbasis Windows di dunia.
“Delta secara khusus menyatakan bahwa jika CrowdStrike telah menguji pembaruan bulan Juli pada satu komputer sebelum penerapannya, sehingga kesalahan pemrograman [seharusnya] akan terdeteksi,” tulis hakim dilansir dari Reuters, Selasa (20/5/2025).
Pada saat yang sama, Hakim juga menyoroti pernyataan Presiden CrowdStrike Michael Sentonas yang buka-bukaan mengakui tindakannya merupakan kesalahan cukup besar.
Lebih lanjut, hakim juga mengizinkan Delta Airlines untuk untuk mengajukan klaim pelanggaran komputer, dan klaim bahwa CrowdStrike diduga melakukan kelalaian.
Sementara itu, pada Senin (19/5/2025) pengacara CrowdStrike, Michael, Carlinsky, mengatakan bahwa dia tetap optimistis hakim tidak akan melanjutkan gugatan yang dilayangkan oleh Delta Airlines.
Untuk diketahui, Maskapai Delta Airlines pertama kali menggugat CrowdStrike pada Oktober 2024, atau tepat tiga bulan setelah terjadinya pemadaman sistem pada 19 Juli 2024.
Dalam informasinya, pemadaman sistem oleh CrowdStrike itu mengganggu perjalanan 1,4 juta penumpang Delta Airlines. Kemudian, Delta juga mengatakan bahwa pemadaman tersebut menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar $550 juta dan biaya tambahan.
Sementara pada kesempatan berbeda, pada 6 Mei 2025, seorang hakim federal di Atlanta mengatakan bahwa Delta juga harus menghadapi gugatan class action yang diajukan oleh para penumpang yang mengatakan bahwa Delta secara tidak sah menolak pengembalian uang penuh setelah pemadaman listrik mengganggu perjalanan mereka.