Bisnis.com, JAKARTA — World Economic Forum atau Forum Ekonomi Dunia mengidentifikasi sejumlah peran kecerdasan buatan (AI) dalam mendorong transformasi kesehatan, khususnya dalam deteksi penyakit hingga penempatan ambulans secara tepat.
Layanan kesehatan dunia diproyeksi kekurangan 11 juta tenaga kesehatan pada 2030, kecerdasan buatan (AI) muncul sebagai harapan untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan merevolusi sistem kesehatan secara fundamental.
Mengutip blog World Economic Forum, Kamis (15/5/2025) teknologi AI saat ini telah menunjukkan kemampuannya dalam membantu dokter mendeteksi patah tulang, melakukan triase pasien, dan mengidentifikasi gejala awal penyakit dengan lebih cepat dan akurat. Potensi AI bahkan diyakini dapat membantu mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB untuk mewujudkan cakupan kesehatan universal pada tahun 2030.
Meskipun demikian, laporan terbaru dari Forum Ekonomi Dunia dalam white paper berjudul "The Future of AI-Enabled Health: Leading the Way" mengungkapkan bahwa adopsi AI di sektor kesehatan masih "di bawah rata-rata" dibandingkan dengan industri lainnya.
Sementara itu bagi industri kesehatan, pasar AI generatif diproyeksikan mencapai US$2,7 miliar secara global pada 2025 dan mendekati US$17 miliar pada tahun 2034.
Berikut adalah enam cara AI telah dan akan terus mentransformasi perawatan kesehatan:
1. Bantu Pasien Stroke
Perangkat lunak AI terbaru terbukti "dua kali lebih akurat" daripada profesional dalam menganalisis pindai otak pasien stroke. Dikembangkan oleh dua universitas di Inggris, perangkat lunak ini dilatih menggunakan data 800 pindai otak pasien stroke dan diuji coba pada 2.000 pasien. Hasilnya menunjukkan akurasi yang mengesankan, serta kemampuan AI untuk mengidentifikasi rentang waktu terjadinya stroke, informasi krusial bagi dokter dalam menentukan penanganan yang tepat.
2. Deteksi Patah Tulang yang Lebih Baik
Dokter di unit gawat darurat bisa melewatkan hingga 10% kasus patah tulang berkat AI. Teknologi itu membantu melakukan pemindaian awal berpotensi menghindari pemeriksaan X-ray yang tidak perlu dan mengurangi kasus patah tulang yang terlewat.
Institut Nasional untuk Kesehatan dan Keunggulan Perawatan (NICE) di Inggris menyatakan bahwa teknologi ini aman, andal, dan dapat mengurangi kebutuhan janji temu lanjutan. Namun, kekhawatiran terkait pelatihan yang memadai bagi pengguna AI untuk memitigasi risiko informasi yang salah tetap menjadi perhatian.
3. Penilaian Kebutuhan Ambulans yang Lebih Efisien
Di Inggris, sekitar 350.000 orang diangkut ke rumah sakit dengan ambulans setiap bulannya. AI menunjukkan potensi dalam membantu paramedis menentukan pasien mana yang benar-benar membutuhkan transportasi ke rumah sakit.
Sebuah studi di Yorkshire menemukan bahwa AI dapat memprediksi dengan benar pasien yang perlu dipindahkan ke rumah sakit dalam 80% kasus, berdasarkan faktor-faktor seperti mobilitas, denyut nadi, kadar oksigen darah, dan nyeri dada pasien. Meskipun demikian, NICE menekankan perlunya pelatihan lebih lanjut sebelum penggunaan AI yang lebih luas dalam konteks ini.
Deteksi penyakit lebih dini ...