Bisnis.com, JAKARTA - Di Indonesia, pemanfaatan AI masih relatif terbatas, baik di bidang pendidikan maupun industri.
Padahal Revolusi Industri Keempat telah membawa transformasi signifikan di berbagai sektor, termasuk pendidikan, industri, dan pemerintahan. Kecerdasan Buatan (AI) merupakan salah satu teknologi utama yang mendorong perubahan ini.
Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia mengatakan Artificial Intelligence atau AI telah menjadi katalis utama dalam berbagai transformasi digital di berbagai sektor.
Muthia juga mengingatkan kita harus menyadari bahwa AI membawa tantangan dan risiko tertentu. Salah satu risiko yang paling signifikan menurutnya adalah dampak terhadap pekerja perempuan.
"Otomatisasi yang didorong oleh AI dapat mengancam pekerjaan-pekerjaan yang selama ini didominasi oleh kaum perempuan. Jika kita tidak mengambil langkah yang tepat kesenjangan digital antara laki-laki dan perempuan bisa semakin melebar." paparnya.
Sementara itu, Ulziisuren Jamsran, Perwakilan UN Women untuk Indonesia dan Liaison ASEAN mengemukakan, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya bagi pemberdayaan perempuan.
Namun, di samping kemajuan ini, digitalisasi yang cepat telah menyoroti tantangan yang terus ada, khususnya kesenjangan gender dalam akses dan penggunaan teknologi.
"Meskipun semakin banyak perempuan di seluruh dunia yang terhubung ke internet setiap tahun, hanya 20% perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah yang online," ucapnya.
Meski banyak tantangan dia juga mengemukakan AI memiliki potensi yang sangat besar untuk mempercepat kesetaraan gender. Di Indonesia, adopsi AI akan memberikan efek siginifikan, pada tahun 2030 AI diproyeksikan akan memberikan kontribusi antara 2,83% dan 3,67% terhadap PDB Indonesia, setara dengan $366 miliar. Indonesia diidentifikasi sebagai global leader dalam adopsi AI di tempat kerja, dengan 92% pekerja kantor menggunakan generative AI. Potensi yang bersar ini tidak bisa membuat kita terlena.
“Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-46 dari 62 negara dalam Global AI Index 2023, yang menekankan pentingnya investasi berkelanjutan dalam infrastruktur digital dan adopsi AI yang merata. Sangat penting untuk mengatasi kesenjangan ini dan memastikan bahwa manfaat AI dapat dinikmati secara adil di seluruh sektor masyarakat” ujar Ulziisuren untuk mengingatkan kita.
Pendiri Indonesia AI Institute Dr. Ayu Purwarianti, peneliti pada Pusat AI Institut Teknologi Bandung, mengungkapkan pihaknya tengah melakukan penelitian tentang sentiment analysis di sektor ekonomi dan keuangan untuk meningkatkan pengambilan keputusan berbasis data.
"Sentiment Analysis yang akan dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, mulai dari Multi Domain, Aspect Base, Knowledge Graph, Named Entity Recognition (NER) dan LLM. Analisis akan dilakukan menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Harapannya penelitian ini dapat mengidentifisi sentimen yang terkandung dalam berita secara akurat dan dapat dimanfaatkan untuk memprediksi pergerakan pasar finansial ataupun ekonomi.” ujarnya dalam sebuah webinar bertajuk AI untuk Perempuan: Membuka Peluang Lebih Besar & Bekerja Lebih Efisien.
Secara bersamaan, katanya, Indonesia AI Institute juga melakukan riset yang memadukan teknologi VR dan AI yang ditujukan untuk membantu pendidikan. Use case yang digunakan pada saat ini adalah penanaman nilai-nilai kebangsaan melalui pendekatan sejarah dan pengenalan para pahlawan Indonesia.
Ketika penelitian ini sukses nanti, maka teknologi yang dibangun dapat diterapkan di berbagai bidang lain mulai dari pelatihan di dunia industri hingga di sektor pariwisata.
Penelitian lain yang pada saat ini telah dimanfaatkan adalah AI Teaching Tools, yaitu pemanfaatan AI dalam penyusunan rencana pembelajaran. Tools ini telah disampaikan pada para guru dalam pelatihan AI Literacy for Teachers. Para guru ketika melihat simulasi tools tersebut merespon positif dan merasa sangat terbantu. Mereka dapat membuat rencana pengajaran dengan cepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor lokal, sehingga pengajaran dapat lebih mudah diterima oleh siswa.
Indonesia AI Institute juga tengah mempersiapkan buku “Membuat Chatbot itu Mudah”. Hal ini dilakukan mengingat peranan Chatbot dalam perekonomian yang signifikan. Chatbot akan mendorong cosumer engagement, meningkatkan produktifitas dan eifisiensi bagi berbagai pihak. Dengan buku ini akan ditunjukkan, betapa Chatbot yang mungkin bagi sebagian pihak dianggap teknologi canggih yang sulit, sebenarnya termasuk kategori mudah. Programmer yang membaca buku ini akan dapat membangun Chatbot secara cepat.
"Indonesia AI Institute bertujuan untuk meningkatkan literasi dan kemampuan AI di masyarakat Indonesia, dan mempromosikan inovasi dan penelitian di bidang AI yang menjawab kebutuhan lokal dan nasional," kata Iim Fahima Jachja, founder Indonesia AI Institute, Queenrides, dan Young Global Leader of the World Economic Forum.
Josefhine Chitra, Head of Corporate Communication GoTo mengemukakan AI dapat membantu kita menghemat waktu untuk melakukan perkerjaan.
"Kita bisa menjadi lebih fokus pada masalah bisnis yang dihadapi. Memang tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan penggunaan AI, tetapi saat bisnis berkembang dengan cepat, AI bisa membantu dalam efisiensi operasi bisnis." ujarnya.
Dia menambahkan pihaknya bersama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk pada November 2024 resmi meluncurkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial Intelligence (AI) bernama ‘Sahabat-AI’ dalam gelaran Indonesia AI Day.
Sahabat-AI merupakan platform Large Language Model (LLM) open-source pertama di Indonesia. LLM sendiri merupakan program AI yang telah dilatih dengan data besar, untuk memahami dan menghasilkan bahasa alami, sehingga dapat digunakan untuk berbagai aplikasi dan layanan digital.
Di ParagonCorp, melibatkan teknologi AI sudah dimulai sejak 2020. Terkini, seperti yang diungkapkan oleh Tessi Fathia Adam, Group Head Digital Transformation ParagonCorp, pihaknya melibatkan technology partner dan skin expert untuk membuat platform yang bisa memberikan rekomendasi produk yang cocok sesuai dengan warna dan kondisi kulit konsumen. "Kami menyadari benar kebutuhan tersebut, sehingga pada akhirnya konsumen bisa membeli produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit sehingga kami mempunya Wardah Color Intelligence."
Tidak berbeda jauh dengan GoTo dan Paragon, Sito Dewi Damayanti VP Head of Industry Solution Indosat Ooredoo Hutchison mengungkapkan pihaknya telah melibatkan perempuan dalam pengembangan teknologi AI.
"Kami punya program yang namanya Indosat Digital Camp yang empowering every Indonesian khususnya untuk di bidang AI maupun bidang digital bisnis. Ada beberap jenis pekerjaan yang akan hilang tetapi ada pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, analisis mendalam, dan pengelolaan justru akan meningkat di kemudian hari. Kami di Indosat membutuhkan para pekerja yang mampu mengelola AI, memahami dan kemudian dapat meningkatkan layanan berbasis AI sehingga menjadi aset yang berharga," paparnya.