Bisnis.com, JAKARTA -- Kasus dugaan fraud hingga US$600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun yang dilakukan manajemen eFishery bakal berdampak terhadap kepercayaan investor pada agritech.
Managing Director OCBC Ventura, Darryl Ratulangi mengatakan bahwa dalam rentan waktu satu tahun kedepan para investor memiliki rasa khawatir untuk berinvestasi di sektor agritech.
Akibatnya, Darryl menyampaikan investor akan lebih memilih dan melihat lebih dalam lagi perusahaan akuakultur yang bakal mereka beri investasi.
"(Investor) akan lebih mengenal dan mungkin untuk sementara waktu sektor-sektor yang lebih beresiko seperti agritech," kata Darryl saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Tidak hanya akuakultur, Darryl menuturkan bahwa sektor akuakultur juga akan terkena dampak dari adanya kasus eFishery.
Sehingga, akan banyak founder-founder yang memang serius pada sektor tersebut bakal kesulitan untuk mendapatkan investor.
"Tapi kan tadi ya sebenarnya kesian banyak sebenarnya founder-founder yang real bisnisnya bagus, tapi ya mereka kena di sektor yang salah, jadi kena dampak," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, eFishery, salah satu perusahaan rintisan terkemuka di Indonesia, sedang menghadapi penyelidikan terkait adanya tuduhan penggelembungan pendapatan dan laba.
Melansir dari Straits Time, Rabu (22/1/2025) penyelidikan ini dipicu adanya laporan yang mencurigakan terkait praktik akuntansi di eFishery.
Dalam draf laporan setebal 52 halaman yang beredar di antara para investor dan diulas oleh Bloomberg News diperkirakan manajemen menggelembungkan pendapatan hampir US$600 juta atau Rp9,7 triliun (kurs Rp16.197) selama Januari-September 2024
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 75% dari angka-angka yang dilaporkan adalah palsu.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pendapatan eFishery untuk periode Januari hingga September 2024 sebenarnya hanya sekitar US$157 juta, jauh dari angka yang diumumkan sebesar US$752 juta.