Terungkap! Peran Pemberi Utang Atas Bangkrutnya Startup

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 3 Februari 2025 | 09:04 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Para pemberi pinjaman kepada modal ventura diklaim turut berperan atas tutupnya sejumlah perusahaan rintisan atau startup di Amerika Serikat. Peminjam meminta startup untuk tutup dan menghitung asetnya karena khawatir startup tak mampu melunasi hutang. 

Pendiri dan CEO penyedia utang ventura Runway Growth Capital David Spreng mengatakan para peminjam mendesak startup untuk tutup atau menjual perusahaan karena khawatir akan masa depan investasi mereka di startup dan sebagai upaya untuk meminimalisir kerugian. 

Kekhawatiran tersebut muncul karena industri startup makin tak menentu. Tahun ini musim dingin teknologi diramal makin parah yang membuat startup makin sulit bertahan. 

“Banyak perusahaan sudah hampir kehabisan tenaga,” kata David dilansir dari Techcrunch, Senin (3/2/2025). 

Sebagai gambaran,  Bench, startup akuntansi, tiba-tiba  pada Januari 2025. Penutupan terpaksa dilakukan saat pemberi pinjaman perusahaan menagih pinjaman kepada startup tersebut. 

Kemudian, pada akhir 2023, perusahaan pengiriman barang digital, Convoy, menghadapi tantangan keuangan, yang menyebabkan perusahaan pinjaman ventura Hercules Capital mengambil alih kendali perusahaan tersebut untuk memulihkan investasinya.

Sementara itu, Mitra Pengelola di Firma Penasihat Utang Ventura Armentum Partners John Markell mengatakan hampir setiap pemberi pinjaman memiliki perusahaan bermasalah dalam portofolio mereka sekarang. 

Dia mengatakan meski utang dapat membantu perusahaan rintisan berkembang pesat, utang juga meningkatkan risiko bangkrut.

Terlalu banyak utang dibandingkan dengan pendapatan atau cadangan kas perusahaan rintisan dapat mengakibatkan penjualan paksa, di mana perusahaan dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dari nilai sebelumnya. 

“Atau pemberi pinjaman dapat melakukan penyitaan, sehingga mereka dapat mengklaim aset dasar yang digunakan untuk mengamankan pinjaman, untuk mendapatkan kembali setidaknya sebagian dari investasi mereka,” kata Markell. 

Adapun jika perusahaan rintisan dapat meyakinkan VC baru atau yang sudah ada untuk menyuntikkan lebih banyak uang dengan membeli lebih banyak ekuitas, startup dapat menghindari pemberi pinjaman mengambil tindakan jika mereka terlambat membayar atau aspek lain dari perjanjian mereka.

Misalnya, beberapa perjanjian utang ventura memiliki persyaratan likuiditas dan rasio modal kerja. Jika uang tunai perusahaan rintisan turun terlalu rendah, pemberi pinjaman dapat mengambil tindakan. 

Namun, para investor enggan untuk terus mendanai perusahaan rintisan yang pertumbuhannya terlalu lambat untuk membenarkan valuasi selangit yang mereka capai pada 2020 dan 2021.

“Saat ini, ada begitu banyak perusahaan yang bermasalah. Banyak perusahaan unicorn yang tidak akan segera beroperasi,” kata Markell.

Pada 2024, penerbitan utang ventura baru mencapai angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir sebesar $53,3 miliar, menurut PitchBook. Sebagian besar modal tersebut diarahkan ke perusahaan AI, dengan contoh penting, termasuk CoreWeave, yang memperoleh pembiayaan utang sebesar $7,5 miliar, dan OpenAI, yang memperoleh kredit sebesar US$4 miliar. 

Sementara itu, setelah banyak perusahaan rintisan yang lemah didanai pada 2020 dan 2021, banyak dari mereka yang gagal. Namun, data Techcrunch menunjukan pada 2025 kebangkrutan Startup makin besar.

Para pemberi utang ventura akan berperan dalam penutupan startup setelah mereka menginvestasikan US$41 miliar dalam 2.339 transaksi pada 2021 menurut laporan Silicon Valley. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper