Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berupaya memperluas penyebaran informasi peringatan bencana melalui internet atau lewat jaringan 3G dan 4G. Saat ini informasi yang disebarkan masih sebatas lewat SMS atau jaringan 2G.
Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo Wayan Toni Supriyanto menjelaskan bahwa masyarakat akan menerima informasi bencana melalui handphone dengan jaringan 2G dan 3G melalui SMS Blast.
Wayan mengaku bahwa SMS Blast ini telah diimplementasikan sejak 2016 sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2 Tahun 2016 tentang Penyampaian Informasi Kebencanaan Melalui Jaringan Bergerak Seluler.
“Untuk [jaringan] 3G dan 4G masih belum tersedia hingga saat ini karena kami sedang melakukan persiapan untuk dilaksanakan pada tahun depan,” kata Wayan kepada Bisnis, Senin (30/9/2024).
Meski demikian, Wayan menyatakan bahwa Kemenkominfo tengah menunggu Peraturan Presiden (PP) tentang Sistem Komunikasi Nasional Pelindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana (Siskomnas PMPB) yang telah dilakukan harmonisasi.
“Mudah-mudahan dapat ditandatangani oleh Bapak Presiden, sehingga kami dapat menyediakan penyampaian informasi melalui 3G dan 4G lewat Cell Broadcasting System [CBS],” imbuhnya.
Wayan mengklaim bahwa Kemenkominfo secara aktif melakukan pembahasan teknis dengan operator seluler terkait Sistem Peringatan Bencana SMS Blast.
Bahkan, Wayan menambahkan bahwa saat ini Kemenkominfo sedang melakukan Feasibility Study (FS) dengan penyelenggara operator seluler sehingga bisa dilakukan melalui jaringan 3G dan 4G.
“Respon mereka [pemain operator seluler] sangat positif dan mereka mendukung untuk kegiatan ini dengan maksimal, karena ini meyangkut keselamatan orang banyak,” terangnya.
Sebelumnya, Kemenkominfo menyampaikan bahwa alat sistem peringatan dini bencana alam alias early warning system (EWS) ini merupakan bantuan aplikasi dari pemerintah Jepang, lantaran Indonesia memiliki kontur yang sama dengan Jepang.
“Kita mirip kondisi konturnya dengan pemerintah Jepang, banyak bencana juga, bencana gempa. Sehingga kita diberikan aplikasi yang bisa digunakan untuk di Indonesia,” jelas Wayan dalam acara Ngopi Bareng di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Jumat (30/8/2024).
Nantinya, peringatan bencana itu akan terhubung dengan informasi yang dimiliki Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sebab, BMKG merupakan lembaga yang memiliki informasi akan sumber bencana seperti ancaman gempa megathrust, termasuk potensi tsunami.
Dia menjelaskan bahwa cara kerja sistem EWS akan memancarkan sinyal peringatan bencana dari BMKG yang akan dikirim melalui tv. Ini sejalan dengan langkah pemerintah yang mematikan siaran analog (analog switch off/ASO).