Duit Investor Terbatas, Era Bakar Duit Startup Selesai

Rika Anggraeni
Selasa, 10 September 2024 | 14:33 WIB
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Chairman of Nexticorn Foundation Rudiantara menyebut era 'bakar' uang untuk mendanai perusahaan rintisan atau startup telah berlalu. Alasannya adalah uang dari investor yang sudah mulai terbatas.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara itu menyebut bahwa saat ini orientasi investor telah berubah untuk mengejar tingkat profitabilitas startup.

“Uangnya ada, tetapi tetap investasi, orientasinya adalah ke profitabilitas, EBITDA-nya positif kapan, untung kapan, cashflow tidak lagi ditunjang oleh investor. Jadi orientasinya sudah berbeda, ini akan menguatkan blessing in disguise, ini akan menguatkan sektor startup Indonesia,” kata Rudiantara di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Rudiantara menyampaikan bahwa saat ini startup baru sudah mulai mengestimasi durasi profitabilitas yang didapat. Dengan begitu, lanjut dia, investor akan masuk menyuntikkan dana di sana.

“Kalau dulu istilahnya bakar duit bahasa awamnya, sekarang sudah enggak ada bakat duit, sekarang dipelototi, untungnya kapan. Jadi uangnya masih ada, tetapi terbatas dalam investasi orientasi yang berbeda,” jelasnya.

Rudiantara menuturkan bahwa sebelumnya, Indonesia sempat berharap pemerintah bisa mengucurkan dana dengan mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, impian itu tidak bisa direalisasikan lantaran terbentur regulasi.

Sebab, lanjut dia, jika pemerintah mengalokasikan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk investasi startup ke salah satu Kementerian dan startup tersebut tidak berhasil maka negara harus menanggung kerugian itu.

“Kita kan tahu startup success rate hanya 10% dalam 5 tahun, 10 tahun tidak lebih dari 5% mungkin 4%. Jadi uang hilang itu kehilangan uang negara, kerugian uang negara, itu susah,” ujarnya.

Jika berkaca dari Nepal, Rudiantara menuturkan bahwa negara itu mengalokasikan dana 1 miliar rupee Nepal untuk mendukung startup.

“1 uang Nepal kalau tidak salah sekitar Rp100–150, kurang lebih Rp100 miliar dialokasikan untuk startup, negara kecil itu,” ungkapnya.

Meski begitu, Rudiantara menyampaikan untuk mendukung startup sejatinya bukan hanya sekadar dana, melainkan juga ekosistem, talenta digital, staging mulai dari inkubasi hingga masuk camp.

Tetapi bukan dana saja yang dibutuhkan, ekosistem dan talenta, kemudian staging dari mulai inkubasi kemudian masuk ke camp.

“Catatan kami, pendanaan di Indonesia dari semester I/2023 US$526 juta menjadi sekitar US$300 juta [semester I/2024], jadi turun memang,” tandasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper