Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia disebut menjadi negara di Asia Tenggara dengan nilai investasi terendah pada sektor teknologi. Tertinggal jauh dari Singapura.
IBM Indonesia menyampaikan kucuran investasi Indonesia di sektor teknologi informasi (IT) ini diperlukan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan bahwa investasi Indonesia di ranah teknologi hanya sebesar 0,2% dari pendapatan produk domestik bruto (PDB). Angkanya jauh tertinggal di kawasan Asean.
“Saat ini, Indonesia itu adalah negara yang melakukan investasi untuk di teknologi industri paling sedikit, paling rendah di antara seluruh negara Asean,” ujar Roy dalam acara Media Briefing bertajuk IBM Impact for Adult Learners, Academia, and Women in Workforce di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Jika dibandingkan dengan Singapura, Roy menuturkan bahwa Negeri Singa itu mampu menggelontorkan investasi teknologi sebesar 2% dari PDB. Sama halnya dengan Amerika Serikat (AS) yang menghabiskan 4% dari PDB.
Bahkan, Indonesia tertinggal dari Vietnam hingga Filipina yang mampu menggelontorkan investasi di bidang IT sebesar 0,4%. “Jadi kita sangat-sangat kecil sekali, sangat rendah sekali,” imbuhnya.
Roy menuturkan bahwa Indonesia semestinya bisa lebih besar menggelontorkan investasi untuk teknologi guna mencapai Indonesia Emas 2045. Sebab, dia mengungkap untuk menjadi negara ekonomi terbesar keempat di dunia membutuhkan PDB sekitar US$9,5 juta—US$10 juta pada 2045.
Menurutnya, untuk mencapai angka investasi IT seperti Singapura nampaknya akan sulit digapai. Namun, dia menilai bahwa Indonesia bisa meningkatkan investasi hingga 1% dari PDB.
Nantinya, gelontoran investasi itu bisa dibagi sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan, seperti untuk hybrid cloud, AI, hingga meningkatkan keamanan siber (cybersecurity).
“Jadi dari 1% dari PDB kita setiap tahun itu dialokasikan untuk pertumbuhan di sektor teknologi industri. Itu akan sangat membantu,” ungkapnya.
Di sisi lain, Roy juga mengungkap bahwa teknologi, khususnya digitalisasi mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan. Salah satunya dengan mengadopsi penggunaan AI.
Dia menjelaskan bahwa digitalisasi dan otomatisasi merupakan bagian dari seluruh mata rantai produksi membuat pekerjaan menjadi jauh lebih singkat, lebih efisien, hingga menekan ongkos produksi.