1 dari 3 Karyawan Siap-Siap Resign Efek Burnout karena AI, Kok Bisa?

Rahmad Fauzan
Senin, 29 Juli 2024 | 17:25 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan (AI)/doc.Microsoft
Ilustrasi kecerdasan buatan (AI)/doc.Microsoft
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pandangan dunia usaha ihwal penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari tak lepas dari pro dan kontra antara pemberi kerja dan karyawan.

Menurut survei The Upwork Research Institute berjudul From Burnout to Balance: AI-Enhanced Work Models, sebanyak 96% dari 1.250 responden eksekutif yang dijajaki berpendapat AI berhasil meningkatkan produktivitas perusahaan.

Namun, pendapat para bos tersebut bertolak belakang dengan sentimen para pekerja terhadap teknologi tersebut. Adapun, 77% dari 1.250 karyawan mengatakan AI justru meredam produktivitas seiring dengan terus ditambahnya pekerjaan mereka.

Dari survei ini, didapatkan sejumlah dorongan dari atasan kepada karyawan untuk meningkatkan output pekerjaan dengan bantuan AI. Meliputi, 37% atasan mendesak karyawan meningkatkan output pekerjaan, 35% memperluas wawasan keahlian, dan 30% mengerjakan order multitasking.

Kemudian, 27% mendorong karyawan untuk kembali bekerja di kantor, 26% meminta agar bekerja lebih efisien, serta 20% mendorong untuk melakukan pekerjaan dengan durasi lebih lama.

“Akibatnya, 1 dari 3 pekerja mengaku akan keluar dari pekerjaan mereka dalam 6 bulan ke depan karena alasan burnout ataupun kebanyakan tugas,” tulis survei itu dikutip dari The Register, Senin (29/7/2024).

Selain itu, sekitar 47% pekerja yang menggunakan alat AI mengatakan mereka tidak tahu bagaimana korelasi antara teknologi tersebut dengan peningkatan produktivitas yang diharapkan.

Dalam prakteknya, 39% responden mengatakan mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk meninjau konten hasil AI, 23% menginvestasikan jam kerja untuk mempelajari cara penggunaannya, dan 21% diminta agar melakukan lebih banyak pekerjaan.

Direktur Pelaksana The Upwork Research Institute Kelly Monahan menyebut penggunaan AI di dunia usaha di keempat negara itu gagal mencapai ekspektasi.

“Meskipun AI dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan secara bersamaan, hasil ini memerlukan perubahan mendasar dalam cara kita mengatur bakat dan pekerjaan,” ucapnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper