Bisnis.com, JAKARTA — Hadirnya teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) generatif yang dapat menganalisis data dengan cepat bisa diimplementasikan ke berbagai sektor industri, termasuk asuransi.
Perlu diketahui, riset dari MARC Group mengungkap bahwa pasar generatif AI global mencapai US$10,3 miliar pada 2022. Ke depan, perkiraan memperkirakan pertumbuhan menjadi US$30,4 miliar pada 2028 dengan CAGR 20,01%.
Group Chief Information & Digital Officer Sime Darby Berhad Deny Rahardjo mengatakan bahwa salah satu pemanfaatan teknologi AI bisa mengurangi beban kerja dan meningkatkan produktivitas, termasuk di industri asuransi.
Deny menuturkan bahwa di sektor asuransi, generatif Al bisa dimanfaatkan untuk memperkuat underwriting dengan memasukkan data klaim dari tahun-tahun sebelumnya guna menghasilkan harga polis yang optimal.
Selain itu, pemanfaatan AI di sektor asuransi juga bisa mengungkap alasan kerugian di masa lalu pada sejumlah besar klaim.
“Asuransi [dalam pemanfaatan AI] dipakai untuk klaim atau untuk deteksi fraud,” ungkap Deny dalam acara MBA Catalyst Summit 2024 bertajuk ‘Thrive in the New Economy: Tech, Sustainability & Growth’ di Auditorium MM UGM Jakarta, Kamis (18/7/2024).
Selain sektor asuransi, Deny menyampaikan bahwa AI juga bisa dimanfaatkan sektor manufaktur, yakni menghasilkan desain baru untuk produk yang memenuhi batasan tertentu, seperti ukuran, berat, konsumsi energi, atau biaya.
Pemanfaatan lainnya adalah sektor ritel yang bisa menghasilkan salinan atau konten pemasaran yang unik, menarik, dan berkualitas tinggi. Misalnya saja, mulai dari unggahan blog atau halaman arahan berdurasi panjang hingga iklan digital yang dioptimalkan SEO dalam hitungan detik.
“AI juga bisa dimanfaatkan layanan kesehatan, seperti chatbot,” ungkapnya.
Deny menuturkan bahwa AI di sektor kesehatan dapat digunakan sebagai asisten pasien untuk meningkatkan interaksi yang dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan pertanyaan pasien.
Dikutip dari Hostinger, Kamis (18/7/2024), pasar AI global diperkirakan akan tumbuh setiap tahun sebesar 37%. Adapun dari 2024–2030, pasar AI diproyeksikan mampu tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 28,46%.
Meski demikian, sekitar 75% individu merasa khawatir takut kehilangan pekerjaan karena AI. Namun di sisi lain, dengan meningkatnya integrasi AI ke dalam bisnis, permintaan untuk pekerja profesional berkemampuan AI justru ikut meningkat.
Pasalnya, AI diperkirakan akan menciptakan 133 juta pekerjaan baru pada 2030. Bahkan, dalam lima tahun ke depan, dunia bisnis mengharapkan untuk melihat perubahan yang lebih besar menuju strategi AI yang lebih jelas.