Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat Telekomunikasi menyarankan agar Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menggunakan teknologi lain untuk mengaliri internet ke daerah rural yang kahar, ketimbang melakukan relokasi.
Diketahui, proyek base transceiver station (BTS) 4G yang ditargetkan rampung pertengahan Juni 2024 ternyata meleset dari target dengan alasan faktor keamanan.
Dari ribuan titik yang menjadi tanggung jawab Bakti, tersisa 632 titik yang berada di daerah kahar. Dari jumlah tersebut sekitar 100 titik telah dibangun pemancar, yang berarti tersisa 532 titik lagi untuk mewujudkan mimpi Presiden Joko Widodo (Jokowi) merdeka sinyal.
Kondisi kahar bukan isapan jempol belaka. Terbaru, kapal pengangkut perangkat BTS 4G Bakti hilang di perairan Papua. Perangkat-perangkat tersebut digunakan untuk membangun internet di daerah Papua Pegunungan.
Bakti berencana melakukan relokasi dengan memindahkan titik yang akan dialiri internet karena tingginya risiko keamanan untuk menggelar internet di daerah tersebut.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyarankan agar Bakti tetap melanjutkan pembangunan dengan mengganti teknologi penyalur internet. Masalah keamanan, menurutnya, adalah masalah klasik yang sejak dahulu sudah ada. Bakti harus menjawab tantangan tersebut bukan menghindari.
“Bilamana 623 lokasi tetap dinyatakan tidak aman atau masih situasi kahar, maka bisa ganti teknologi berbasis satelit. Tetapi kan masing-masing teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,” kata Heru kepada Bisnis, Senin (22/7/2024).
Heru juga menyarankan kepada Menkominfo Budi Arie Setiadi untuk melapor ke Presiden dan minta maaf karena gagal menyelesaikan 623 BTS 4G, sambil memberikan solusi agar 623 wilayah itu tetap mendapat akses internet.
Heru menegaskan instruksi perintah Presiden Joko Widodo untuk proyek BTS 4G, yang disebut-sebut sebagai tol langit, selesai pada Juni 2024.
“Kita sudah terlambat, karena harusnya Merdeka Sinyal 2020. Ini juga untuk memberikan ketenangan pada Presiden Jokowi yang akan selesai tugasnya pada 20 Oktober 2024 bahwa tugas memerdekakan sinyal di Indonesia tuntas,” kata Heru.
Cari Alternatif
Senada, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan secara prinsip tujuannya Bakti adalah menyediakan aksesibilitas terhadap layanan Internet. Sedangkan secara teknologi aksesnya, ada beberapa alternatif, mulai dari yang terestrial seperti fixed line, seluler menggunakan base transceiver station (BTS) dan lain sebagainya, hingga yang non-terestrial seperti satelit dan sejenisnya.
“Sehingga kalau solusi yang menggunakan BTS dinilai tidak layak karena beberapa alasan, ya bisa dicari alternatif solusi yang lebih tepat, tanpa mengorbankan harga warga setempat untuk mendapat akses terhadap layanan internetnya. Mungkin bisa diarahkan menggunakan Satria-1 dan lain sebagainya,” kata SIgit.
Diketahui, Bakti menargetkan sekitar 24.500 titik stasiun bumi (VSAT) dari Satria-1 akan rampung pada 2024.
Pada Januari 2024, Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kemenkominfo Sri Sanggrama Aradea mengatakan untuk mencapai target tersebut Kemenkominfo akan membangun sekitar 20.000 titik sepanjang 2024 atau 2.000 titik VSAT setiap bulannya di seluruh Indonesia.
“Yang kedua, 20.000 (titik) yang tahun ini (2024) targetnya. Dalam satu tahun ini rencananya 20.000 (titik) baru,” ujar Aradea kepada wartawan.
Sebagai informasi, VSAT merupakan stasiun bumi atau alat penerima sinyal internet dari satelit. Nantinya, VSAT yang akan memancarkan sinyal Satria-1 ke perangkat masyarakat.
Diketahui, mulanya akan ada 150.000 titik VSAT yang disasar oleh Satria-1. Namun setelah dikaji ulang, titik yang disasar hanya tersisa 37.000, sehingga kapasitas mbps yang diterima bisa lebih banyak.
Adapun pengaktifan VSAT di 37.000 titik ini akan dilakukan bertahap dan merata di seluruh Indonesia.
Aradea mengatakan pada 2023, Kemenkominfo telah berhasil membangun lebih dari 4.500 titik di seluruh Indonesia. Namun, Aradea mengaku mayoritas titik yang dibangun berada di Indonesia bagian tengah dan barat.
“Kebetulan karena kemarin itu last minute, kita bangunnya lebih banyak di barat dan tengah. Di timur itu ada perwakilan 40 lokasi di Papua, soalnya Papua sekarang keadaannya agak mencemaskan karena faktor keamanan dan lain-lain,” ujar Aradea.
“Semoga pemindahan lokasi penggelaran BTS, bisa meningkatkan kualitas layanan di daerah baru tersebut,” kata Sigit.