Bisnis.com, JAKARTA – Dua astronot dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mereka lepas landas pada 5 Juni menggunakan Starliner Boeing.
Dua astronot itu adalah Butch Wilmore dan Suni Williams yang seharusnya kembali ke Bumi pada 13 Juni.
Diberitakan sebelumnya, NASA menjalankan misi ini untuk menguji ketahanan Starliner Boeing dan subsistemnya sebelum disahkan sebagai transportasi untuk misi ke ISS sebagai Program Awak Komersial NASA.
Mereka adalah orang pertama yang terbang dengan Boeing Starliner ke Stasiun Luar Angkasa. Pesawat direncanakan untuk digunakan misi-misi luar angkasa dan tujuan lainnya di orbit rendah.
Melesetnya dua astronot itu untuk balik ke Bumi disebabkan kendala teknis pada sistem starliner, salah satunya adalah kebocoran lima sistem helium yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada sistem propulsi pesawat ruang angkasa.
Selain itu, lima sistem pendorong mengalami kegagalan sistem sehingga tidak dapat digunakan.
Baca Juga Astronot AS Kembali ke Bumi Setelah 371 Hari di Luar Angkasa, Pesawat Sempat Ditabrak Asteroid |
---|
“Kami mengetahui bahwa sistem helium kami tidak berfungsi sesuai rancangan,” kata Mark Nappi, manajer program Starliner Boeing saat konferensi pers pada 18 Juni, dikutip Live Science, Senin (24/6/2024).
“Meskipun dapat dikelola, sistem ini masih belum berfungsi seperti yang kami rancang. Harus mencari tahu hal itu,” tekannya.
Manajer program kru komersial NASA, Steve Stich mengatakan akan menjamin keselamatan para kedua astronot dengan terus menjalin komunikasi secara intens.
Steve menjelaskan keputusan untuk menggunakan starliner ke ISS adalah mempelajari ketahanan pesawat tersebut di luar angkasa. Terlebih ketika masuk ke permukaan bumi akan mengalami deorbit burn sehingga sulit untuk dipelajari.
“Ini uji terbangnya, kami meluangkan waktu untuk memahami kendaraanya,” jelas Steve.
“Kami ingin memberi tim kami lebih banyak waktu untuk melihat data,” sambungnya.
Beberapa menit sebelum meninggalkan Bumi pada awal bulan Juni, Starliner juga dikabarkan mengalami masalah lantaran masalah teknis sehingga peluncuran harus dibatalkan.
Batalnya peluncuran itu akibat peralatan pendukung di landasan peluncuran mengalami masalah saat sedang melakukan hitung mundur.
Saat dianalisis oleh Tim United Launch Alliance (ULA) Atlas V, ditemukan masalah pada satu dari riga sasis redundant yang menampung daya ke subset kartu computer guna mengendalikan berbagai fungsi sistem.
Tak hanya itu, pada tahun 2019 rencana peluncuruan Starliner ke luar angkasa juga sempat mengalami berbagai masalah sehingga gagal mengorbit.
Menurut Steve, starliner membutuhkan tujuh jam helium untuk kembali ke bumi dan saat ini memiliki cadangan helium yang mampu bertahan untuk 70 jam.
Diperkirakan mereka kembali ke Bumi di White Sand Space Harbour, New Mexico pada tanggal 26 Juni sekitar pukul 04:51 waku bagian Timur (10:51 CET). (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)