Starlink Banting Harga, Kemenkominfo: Industri Internet RI Tetap Tumbuh

Rika Anggraeni
Kamis, 30 Mei 2024 | 12:10 WIB
Perangkat Starlink. / dok. Starlink
Perangkat Starlink. / dok. Starlink
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan bahwa pemain internet lokal akan tetap bertahan meski layanan internet berbasis satelit orbit bumi rendah Starlink membelah langit Indonesia.

Kemenkominfo juga melihat keberadaan Starlink di Indonesia tidak akan mematikan pemain lokal, termasuk layanan internet berbasis satelit atau Very Small Aperture Terminal (VSAT).

Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo Wayan Toni Supriyanto mengatakan bahwa pemerintah tetap menjaga industri telekomunikasi tetap tumbuh dan berkembang.

“Kehadiran Starlink seolah-olah sudah membunuh industri internet di Indonesia, saya meyakini tidak seperti itu, Starlink ada kelemahan baik kapasitas dan teknologinya, sehingga peluang usaha penyelenggara yang sudah ada masih terbuka lebar,” kata Wayan kepada Bisnis.com, Kamis (30/5/2024).

Wayan menjelaskan bahwa Kemenkominfo akan tetap melakukan monitoring dan evaluasi kepada seluruh penyelenggara telekomunikasi di Indonesia agar penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk kepada Starlink.

Lebih lanjut, Wayan menyampaikan bahwa PT Starlink Services Indonesia juga merupakan pemain lokal Indonesia sehingga satelit milik Elon Musk itu juga membutuhkan transponder satelit untuk menjual layanan VSAT di Indonesia.

“Sejauh kapasitas satelit cukup dan pelanggan masih banyak, artinya tidak akan mati kecuali dikarenakan hal-hal lain di internal penyeleggara VSAT itu sendiri,” tambahnya.

Sebelumnya, Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) mengkhawatirkan bisnis internet lokal tidak akan bertahan imbas Starlink yang resmi beroperasi di Indonesia, termasuk menggerus pemain lokal secara perlahan.

Sekjen ASSI Sigit Jatiputro mengatakan bahwa kekhawatiran itu seiring dengan jumlah pelanggan baru dari VSAT yang terpantau sudah berpindah haluan ke layanan Starlink. Perpindahan pelanggan tersebut imbas dari harga langganan dan harga perangkat Starlink banting harga atau lebih murah dibandingkan pemain lokal.

Contohnya, Sigit menuturkan bahwa harga internet VSAT lokal unlimited yang paling murah dibanderol Rp3,5 juta per bulan, sedangkan harga Starlink unlimited hanya Rp750.000 per bulan. Begitu pun dengan harga perangkat dari pemain lokal adalah Rp9,1 juta, sedangkan promosi yang ditawarkan Starlink adalah Rp4,6 juta.

Dari sana, Sigit melihat bahwa pemain eksisting VSAT lokal sudah terlihat mengalami sinyal penurunan dari segi penjualan untuk segmen bisnis korporasi dan ritel, meski Starlink baru beroperasi di Tanah Air, tepatnya pada 19 Mei 2024.

“VSAT itu jarang dipakai di ritel, kebanyakan di bisnis. Nah, Starlink yang residensial bisa dipakai di bisnis. Jadi, sebenarnya harga di bisnis lebih murah dan di ritel apalagi, tetapi masalahnya kami terimbas baik di korporasi dan ritel,” ujar Sigit saat ditemui di Gedung Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Jakarta, Rabu (29/5/2024).

Adapun hingga saat ini, Sigit menuturkan bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 15 pemain lokal VSAT. Menurutnya, kelima belas perusahaan VSAT ini juga merasakan hal yang sama dengan hadirnya satelit layanan internet milik Elon Musk.

“Kalau diambil ekstremnya mungkin pemain VSAT dalam negeri tidak akan bertahan dalam setahun,” ungkapnya.

Menurutnya, harga Starlink yang rendah dan berisiko predatory pricing membuat pemain eksisting tidak bisa tumbuh. “Semua kalah dari sisi harga jauh banget. Gimana mau survive?” terangnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rika Anggraeni
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper