Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membuka peluang untuk memblokir gim Free Fire karena mengandung unsur kekerasan. Rencana pemblokiran ini pun disambut baik oleh orang tua.
Perlu diketahui, gim Free Fire tersedia dalam dua jenis permainan, yaitu Free Fire dan Free Fire Max. Kedua gim ini merupakan gim dengan rating usia 12 tahun ke atas yang memuat unsur kekerasan tingkat menengah.
Ibu rumah tangga, Dina (45) misalnya, mendukung penuh wacana Kemenkominfo yang mempertimbangkan untuk memblokir gim Free Fire. Dia pun menyarankan agar gim online itu bisa segera diblokir pemerintah.
“Saya dukung 100% Free Fire diblokir, kalau bisa dipercepat. Itu gim kekerasan, anak-anak sekarang gampang buat akses gim itu,” kata Dina saat ditemui Bisnis, Selasa (23/4/2024).
Menurutnya, gim Free Fire yang mengandung unsur kekerasan itu tidak ramah anak. “Karena itu gimana tembak-tembakan, gim kekerasan tidak cocok untuk anak. Bikin anak agresif,” ungkapnya.
Dina mengaku bahwa kedua anaknya bermain gim online ini setelah pulang sekolah. Bahkan, dia juga menuturkan bahwa sang anak pernah melakukan isi ulang (top up) untuk meningkatkan permainan dari developer Garena International I Private Limited itu.
“Dulu pernah topup sekali, terus saya omelin, jadi sekarang nggak pernah topup lagi,” tambahnya.
Jika melihat laman resmi FF Garena, Rabu (24/4/2024), pemain bisa melakukan transaksi topup untuk membeli karakter dan item dalam gim Firee Fire.
Selain Free Fire, dia juga meminta agar pemerintah memblokir gim online lainnya yang mengandung kekerasan. “Kalau bisa jangan cuma FF [diblokir], tolong semua gim disortir lagi, yang ada indikasi kekerasan disortir lagi,” ujarnya.
Suara yang sama juga disampaikan orang tua lainnya, Wati (47) juga mendukung pemerintah memblokir gim Free Fire.
"Baguslah, mending diblokir [FF] daripada anak-anak berjejer mabar [main bareng] di depan rumah, bahasanya kasar," kata Wati kepada Bisnis.
Wati juga mengeluhkan gim tersebut masih bisa dimainkan bersama tanpa harus bertemu fisik, namun suara pemain satu sama lain masih terdengar. "Kalau dari jauh juga masih bisa mabar [main bareng], tetapi tetap teriak-teriak bahasa kasar," imbuhnya.
Selain itu, alasan lain dia mendukung agar pemerintah segera memblokir gim Free Fire lantaran sang anak juga sering menghamburkan uang demi topup gim.
"Sering topup, kadang Rp10.000—Rp40.000. Kalau ada uang sendiri dia topup, kalau ngga ada uang malah minta," ungkapnya.
Wati menambahkan bahwa pemerintah juga perlu memblokir gim dengan unsur kekerasan lainnya. "Banyak gim yamg nggak sewajarnya buat anak seumur segini," tambahnya.
Menurutnya, meski developer gim sudah menyematkan klasifikasi usia pada aplikasi, anak-anak masih tetap bisa mengunduh dan memainkan gim tersebut. Untuk itu, dia menyarankan agar gim yang mengandung kekerasan seperti itu harus dilakukan verifikasi wajah.
"Harus ada verifikasi muka, kayak pengajuan pinjol [pinjaman online], harus lebih rigid," imbuhnya
Sebelumnya, Kemenkominfo menyatakan pihaknya akan menertibkan ruang digital Indonesia, termasuk membuka peluang untuk memblokir gim online yang menampikan kekerasan, salah satunya Free Fire alias FF.
“Kalau memang perlu kita blokir, kita blokir [gim Free Fire], ada potensi [gim FF diblokir],” kata Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi saat ditemui di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Budi menuturkan bahwa setiap gim juga harus memiliki rating usia layaknya tontonan film. Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa jika anak yang belum cukup umur menonton dan bermain gim yang tidak sesuai dengan klasifikasi usia, maka akan mengganggu psikologi anak.
“Makanya dibilangin kalau ada acara konten, itu dibilangin kebijakan pemirsa diharapkan. Artinya orangtua juga jangan membiarkan nonton konten yang tidak semestinya,” tuturnya.