Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) memperkirakan kapasitas energi data center di Indonesia akan mencapai 210 megawatt (MW) pada 2024, yang menandakan ruang pertumbuhan bagi bsisni pusat data masih terbuka lebar.
Ketua IDPRO Hendra Suryakusuma mengatakan kapasitas energi data center pada tahun 2024 naik 44,83% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, Real Estate Asia memperkirakan bisnis data center Indonesia pada 2026 diramalkan bisa bernilai hingga 3,07 miliar Dolar AS atau Rp45,9 triliun.
“Kapasitas data center tahun ini diperkirakan sekitar 210 MW, dari tahun lalu 145 MW,” kata Hendra kepada Bisnis, Senin (22/4/2024).
Hendra menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga faktor utama pendorong kenaikan kapasitas data center di Tanah Air. Pertama, penetrasi internet di Indonesia yang per tahun ini telah mencapai 77%, yang artinya lebih dari 200 juta penduduk memiliki akses ke internet.
“Dengan adanya akses ke internet, artinya akses terhadap data yang ditransfer, data disimpan, data diproses, dan data dianalisa itu makin besar,” jelasnya.
Kedua, transformasi digital. Hendra menjelaskan bahwa saat ini banyak perusahaan berfokus pada teknologi digital (go digital) yang juga membutuhkan computing resource atau akses terhadap sumber daya komputasi melalui internet.
Ketiga, makro ekonomi Indonesia. Dia melihat, dengan pertumbuhan yang masih sehat dan didukung jumlah populasi, diharapkan GDP Indonesia juga semakin baik.
Dari sana, IDPRO melihat adanya tren yang berkaitan dengan age data center. Artinya, imbuh Hendra, beberapa perusahaan sudah memulai untuk membangun data center di kota.
“Jadi tujuannya adalah untuk mendekatkan data center yang dikeluarkan oleh masyarakat ke sumber data itu diproses,” ucapnya.
Jika melihat data Colliers, tambah Hendra, pertumbuhan kapasitas energi data center di Indonesia diindikasi akan mencapai sekitar 2,3 gigawatt (GW) pada 2030. Salah satu pertumbuhannya disebabkan oleh adanya penggunaan terkait kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
“Jadi yang tadinya kita melakukan proses data processing atau data analyzing pakai model CPU [centralized processing unit], sekarang pakai yang lebih powerful sehingga yang sebelumnya listrik satu rak itu sekitar butuh average di 6 kilowatt, dengan adanya AI ini satu rak itu bisa sampai 50 kilowatt. Artinya, 50.000 watt,” ungkapnya.
Sementara itu, lanjut dia, rata-rata kebutuhan listrik rumah di Jakarta hanya sekitar 3.000 watt. “Jadi memang ada ada indikasi bahwa pertumbuhan kapasitas energi yang kita serap di industri ini akan sangat cepat,” tandasnya.