Bisnis.com, JAKARTA – Dubai tengah dilanda fenomena alam badai besar yang mengakibatkan banyaknya gedung dan mall mewah terendam banjir.
Badai ini juga mengakibatkan jalan-jalan arteri dan fasilitas umum lumpuh. Padahal Dubai berada di kawasan gurun pasir tandus yang jarang terjadi hujan.
Diketahui, sebelumnya Dubai pernah mengalami badai yang serupa pada tahun 1949 atau 75 tahun lalu. Badai yang menimpa Dubai saat ini menyebabkan kerusakan di berbagai fasilitas umum, bahkan bandara dan kereta harus berhenti beroperasi. Tak hanya itu, badai ini telah merenggut setidaknya 18 korban jiwa.
Mulanya hujan mulai membasahi Dubai pada Senin malam dengan intensitas 20 mm (0,79 inci). Curah hujan terus meningkat dalam kurun waktu 24 jam, tepatnya pada hari selasa, pukul 9 pagi waktu setempat.
Akses jalan raya dan gedung mewah juga jadi korban keganasan badai yang terjadi pada Selasa, 18 April 2024. Salah satu pusat perbelanjaan mewah, Dubai Mall harus mengalami imbas dari bencana alam itu, setidaknya brand CHANNEL dan Fendi ikut terdampak atas kejadian tersebut.
Lantas, mengapa Dubai dilanda hujan dengan intensitas tinggi padahal berada di kawasan gurun tandus?
Dilansir dari berbagai sumber, ahli lbernama Steven Siems dari Universitas Monash Australia mengatakan badai yang terjadi di Dubai adalah proses alamiah dan tidak ada hubungannya dengan penyemaian awan.
Kenaikan suhu secara global adalah alasan kenapa Dubai dilanda hujan dengan intensitas tinggi dalam kurun waktu 24 jam, karena penguapan dari darat dan laut begitu besar. Hal ini diungkapkan dari oleh Dim Coumou, professor iklim di Vrije Universiteit Amsterdam.
“Curah hujan akibat badai petir, seperti yang terjadi di UEA dalam beberapa hari terakhir, mengalami peningkatan yang kuat seiring dengan pemanasan. Hal ini karena konveksi yang merupakan aliran udara ke atas yang kuat dalam badai petir, menguat di dunia yang lebih hangat,” kata Dim, sebagaimana diberitakan dalam Reuters.
Hal senada juga diberikan Friederike Otto, seorang dosen ilmu iklim di Imperial College London menjelaskan pemanasan global ini membuat kelembaban meningkatk sehingga penguapan terjadi secara signifikan.
“Hal ini meningkatkan potensi laju penguapan dan kapasitas atmosfer untuk menampung air, sehingga memungkinkan terjadinya curah hujan yang lebih besar seperti yang baru saja kita lihat di Dubai,” pungkasnya
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa penyemaian awan bukanlah faktor utama terjadinya badai petir dan hujan berintensitas tinggi di Dubai, melainkan pemanasan global yang membuat penguapan dari darat dan laut begitu besar sehingga meningkatkan kelembaban di permukaan awan, sampai akhirnya mengakibatkan badai yang begitu dahsyat. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)