Bisnis.com, JAKARTA - PT XL Axiata Tbk. (EXCL) angkat bicara mengenai kabar merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk. Aksi korporasi tersebut kembali disinggung dan mendapat dukungan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi.
Head External Communications PT XL Axiata Tbk (EXCL) Henry Wijayanto mengatakan bahwa hingga saat ini pernyataan perusahaan belum berubah terkait merger dengan Smartfren, yaitu menyerahkan sepenuhnya kepada para pemegang saham.
“Rencana atau proses merger merupakan ranah sepenuhnya para pemegang saham (shareholders),” kata Henry kepada Bisnis, Rabu (27/3/2024).
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mendorong adanya merger antara PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).
Budi mengatakan adanya merger tersebut akan membuat ekosistem industri telekomunikasi menjadi lebih sehat dan efisien. Menurutnya, tiga operator saja cukup untuk menyediakan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia.
Budi mengaku sudah diberitahu perihal merger tersebut dari masing-masing perusahaan. Namun, dia tidak tahu terkait tanggal merger ataupun informasi teknis dari aksi korporasi ini.
Budi mengatakan hal tersebut sudah masuk ke ranah kebijakan business to business (B2B) dan bukan pemerintah.
“Itu B2B saja, yang seperti itu kan ranahnya sudah teknis. Itu sudah kebijakan korporasi dengan korporasi, sudah biar saja mereka [yang jawab]. Kalau kita kan cuma, ya lu udah merger aja sudah,” ujar Budi.
Kisah merger XL Axiata dan Tri berhembus hampir setiap tahun. Keduanya saling terbuka, tetapi tak kunjung ada perkembangan.
Pada Oktober 2021, sumber anonim Bloomberg melaporkan bahwa Axiata Group Bhd dan Grup Sinarmas dikabarkan tengah menjajaki opsi merger pada unit usaha di Indonesia, yakni XL Axiata dan Smartfren.
Axiata Group Bhd dan Grup Sinarmas bekerja sama dengan penasihat untuk mempertimbangkan opsi yang juga dapat mencakup kesepakatan seputar berbagi jaringan telekomunikasi mereka.
Saham XL Axiata dan Smartfren melonjak pada aksi sesi I perdagangan Jumat setelah pengumuman tersebut. Perwakilan Axiata dan Sinar Mas menolak berkomentar mengenai hal ini.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys hanya mengatakan bahwa dirinya terbuka untuk berkonsolidasi, selama kedua pihak mendapat manfaat yang sama.
“Smartfren terbuka untuk berkonsolidasi atau berkolaborasi dengan pelaku industri lain yang bertujuan untuk efisiensi operasional,” kata Merza.
Senada, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini juga mengatakan perusahaan selalu terbuka dengan berbagai kemungkinan untuk berkonsolidasi dengan pihak manapun.
Rumor tersebut berhembus usai CK Hutchison Holdings Ltd dan Ooredoo QPSC Qatar sepakat untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi Indonesia mereka dalam transaksi senilai US$6 miliar.
Kemudian pada 2023, dalam sebuah acara diskusi, kode merger tersebut kembali dilontarkan. Merza Fachys kembali melempar kode untuk merger saat membawakan paparan materi dan duduk bersebelahan dengan Presiden sekaligus CEO XL Axiata, Dian Siswarini.
Mereka pun sempat bersalaman pada awal acara. Kemudian, di tengah paparan terkait lelang spektrum, Merza pun mulai melakukan kode pada XL.
“Kalau kita mau jaga, pemain ini berempat. Atau kalau konon kemudian, tadi barusan saya salaman (dengan XL) siapa tahu menjadi bertiga, gitu kan?” ujar Merza sembari menengok ke Dian, Kamis (24/8/2023).
Ucapan Merza pun disambut dengan gelak tawa dari para audiens termasuk Dian.
Pada saat itu XL Axiata merupakan operator seluler terbesar di Indonesia nomor tiga, sementara Smartfren nomor empat. Jumlah pelanggan XL Axiata sebesar 58 juta, dan Smartfren menargetkan 38 juta pelanggan pada 2023.
Jumlah pelanggan keduanya tertinggal jauh dari Indosat yang telah menembus 100 juta pelanggan setelah melebur dengan Tri Indonesia, pun dengan spektrum frekuensi yang dimiliki.
XL Axiata mengoperasikan 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, total ada 90 MHz, dengan pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz digunakan untuk 5G.