Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mendorong adanya merger antara PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).
Budi mengatakan adanya merger tersebut akan membuat ekosistem industri telekomunikasi menjadi lebih sehat dan efisien. Menurutnya, tiga operator saja cukup untuk menyediakan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia.
“Lebih sehat dan lebih efisien. Tiga kan cukup lah,” ujar Budi kepada wartawan di BSD, Selasa (26/3/2024).
Sekadar informasi, saat ini jumlah operator seluler di Tanah Air sebanyak 4 operator yaitu Telkomsel, Indosat, XL Axiata dan Smartfren. Keempat operator tersebut memperebutkan pasar seluler dalam negeri, di tengah rasio biaya regulator terhadap pendapatan yang terus meningkat dan disrupsi OTT.
Adapun Budi mengaku sudah diberitahu perihal merger tersebut dari masing-masing perusahaan. Namun, Budi mengaku masih tidak tahu terkait tanggal merger ataupun informasi teknis dari aksi korporasi ini.
Budi mengatakan hal tersebut sudah masuk ke ranah kebijakan business to business (B2B) dan bukan pemerintah.
“Itu B2B saja, yang seperti itu kan ranahnya sudah teknis. Itu sudah kebijakan korporasi dengan korporasi, sudah biar saja mereka [yang jawab]. Kalau kita kan cuma, ya lu udah merger aja sudah,” ujar Budi.
Budi juga masih belum mengetahui apabila kedua perusahaan ini akan merger setelah atau sebelum lelang frekuensi 700Mhz dan 26Ghz.
Sebagai informasi, XL Axiata mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2023. Pendapatan EXCL tumbuh menjadi Rp32,3 triliun, dengan laba bersih naik menjadi Rp1,27 triliun pada 2023.
Pendapatan EXCL naik dari Rp29,14 triliun 2022, menjadi Rp32,3 triliun pada 2023. Pendapatan EXCL naik 10,91% secara year on year (yoy) atau secara tahunan. Pendapatan tersebut disumbangkan oleh 57,5 juta pelanggan yang dimiliki perusahaan.
Sementara itu, Smartfren membukukan rugi bersih sebesar Rp599,6 miliar pada kuartal III/2023, meski pendapatan perseroan tumbuh 4,1% secara tahunan menjadi Rp8,629 triliun.