Bisnis.com, JAKARTA - PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA), yang menaungi TVOne dan ANTV menilai migrasi siaran analog ke televisi digital (ASO) telah menekan bisnis perusahaan hingga 3,9%, imbas persaingan yang makin ketat. ..
Direktur dan Sekretaris Visi Media Asia Neil Tobing mengatakan pangsa pasar televisi (TV Share/TVS) pada 2023 hanya mencapai 6,6%. Padahal, pada 2022 bisa mencapai 10,5%.
“Perkiraan awal bahwa migrasi ASO dapat menekan industri penyiaran terbukti, di mana adanya pertumbuhan stasiun TV baru yang menciptakan persaingan yang lebih ketat,” ujar Neil kepada Bisnis, Senin (18/3/2024).
Untuk diketahui, Undang-Undang no.11/2022 tentang Cipta Kerja mengamanatkan batas akhir penghentian siaran TV analog (ASO) pada 2 November 2022. Artinya, bertepatan dengan ramadan tahun ini ASO tersebut telah berjalan hampir 1,5 tahun.
Kendati demikian, Neil mengaku penurunan pangsa pasar ini juga disebabkan oleh banyak faktor lainnya. Mulai dari meningkatnya pertumbuhan pengguna platform digital, ketidakpastian ekonomi global, hingga pertumbuhan belanja iklan yang kian menurun.
Oleh karena itu, Neil mengaku saat ini perusahaan harus menciptakan membuat konten niche yang bisa menjaring penonton-penonton baru, yang tidak masuk ke dalam pasar media mainstream.
Lebih lanjut, Neil menjelaskan, perusahaan sudah tidak lagi bisa memiliki pola pikir dengan orientasi penuh pada produknya, melainkan sudah harus memikirkan konten atau program yang diinginkan oleh konsumen.
“VIVA Grup menyajikan konten-konten berita, hiburan dan informasi yang berorientasi pada target pemirsa di masing-masing stasiun TV kami,” ujar Neil.
Neil mengatakan, Viva Group juga terus berinvestasi dalam infrastruktur penyiaran, agar bisa meningkatkan kualitas layanan penyiaran di seluruh wilayah layanan perusahaan.
Lanjutnya, di era yang serba digital seperti saat ini, perusahaan juga terus mengembangkan platform digital perusahaan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nezar Patria juga sempat mengatakan bahwa pelaku industri televisi harus merumuskan ulang strategi bisnis.
Terlebih, kata Nezar, kehadiran platform digital bukan hanya mendistribusikan ulang konten yang ada di televisi, tetapi sudah menjadi bagian dari produksi konten yang bersaing dengan yang dihasilkan televisi.
Namun, Wamen Nezar Patria optimistis sektor industri hiburan akan bisa berkembang sebagai salah satu disrupsi bagi televisi siaran, termasuk dengan kehadiran teknologi Artificial Intelligence.
“Kita lihat kecenderungan di dunia, saat ini pertumbuhan iklan untuk konten-konten hiburan dan juga konten-konten media digital naik cukup signifikan. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang bisa menghasilkan konten-konten dengan cost yang lebih murah,” tuturnya, dikutip dari laman Kemenkominfo.
Data Statista pada 2023 menunjukkan pengguna layanan televisi secara global diproyeksikan akan mencapai 5,7 miliar pengguna di tahun 2027, atau setara dengan pertumbuhan tahunan 3,66% pada periode 2023-2027.
Kondisi itu berkontribusi pada revenue industri TV dan video di tingkat global yang diperkirakan tumbuh per tahunnya sebesar 3,04% pada periode 2024-2028, atau mencapai US$805,2 miliar atau Rp12.643 triliun dengan segmen periklanan sebagai sektor yang tumbuh signifikan.